Kuliah Pakar “The Science of Happines ” Prodi Psikologi FPSB

“Kebahagiaan itu ada ilmunya. Bahagia yang hakiki mengarah pada tujuan yang bisa memberi kebahagiaan pula kepada orang lain. Siapa yang bertanggung jawab atas kebahagiaan itu? Diri kita sendiri. Kita yang merasakan, maka kita yang harus bertanggung jawab (baca: mengupayakan). Dalam Psikologi kebahagian ini bisa lebih jauh dipelajari dari ilmu Psikologi Positif atau Possitive Psychology”. Demikian ungkap Prof. Marc Helgesen, Guru Besar Miyagi Gakuin Women’s University, Sendai, Japan saat memberikan materi kolokium Psikologi Klinis berjudul The Science of Happines (Keys for Living a Happy Life), Jumat, 20 Juni 2014 di Auditorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia.

 

Selain teori, dalam kolokium tersebut Prof Marc Helgesen juga mengajak peserta untuk praktek langsung proses pencarian kebahagiaan melalui beberapa sub bahasan, seperti Positive Emotion, Engagement, Relationships, Meaning dan Accomplishment. Peserta pun sangat menikmati pelatihan yang yang diberikan.

Di akhir colloquium, pembicara mengucapkan terima kasih dan bangga bisa sharing ilmu di depan mahasiswa-mahasiswi FPSB UII ini selama kurang lebih dua jam. “It’s an honor for me could share happiness to you all for about two hours. Thank you very much”, ungkapnya.

Seminar Anak Berkebutuhan Khusus: Deteksi dan Penanganannya PUSKAGA FPSB UII

"Pesatnya perkembangan zaman saat ini, membuat para orangtua sudah mulai menyadari akan peranan pentingnya dalam mengasuh anak. Meskipun, tidak sedikit yang masih belum ‘proporsional’ dalam mengasuh/mendidik anak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, tahapan perkembangannya, bahkan ke’unik’-an yang dimiliki setiap anak-masih dianggap para orangtua sebagai sesuatu yang ‘kurang layak’ untuk diterima di lingkungan masyarakat, yang notabene baru bisa menerima anak-anak yang cenderung ‘normatif’ atau dalam standart umum". Demikian prolog yang disampaikan oleh M. Ratna Ningrum Dyah Sri Rejeki, S.Psi saat berbagi materi 'Langkah-langkah Penanganan Awal /bagi Anak Berkebutuhan Khusus' dalam Seminar Anak Berkebutuhan Khusus: Deteksi dan Penangannya yang digelar oleh Pusat Kajian Anak dan Keluarga (PUSKAGA) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Ahad, 8 Juni 2014 di Gedung Moh. Hatta (Perpustakaan) UII.

Masih menurut Bunda Ningrum (panggilan akrab M. Ratna Ningrum Dyah Sri Rejeki), bahwa saat ini masih banyak orangtua yang memiliki ‘anak unik’ merasa bingung, cemas, bahkan stress mendapat ‘perlakuan’ yang terkadang kurang bijak dari masyarakat/lingkungannya (labeling). Namun seiring berjalannya waktu, banyaknya kasus dari berbagai lapangan dan kesadaran yang semakin tinggi dari para orangtua, pendidik, para ahli di berbagai bidang, menjembatani “para pelaku pendidikan” ini untuk semakin semangat mempelajari dan membuka wacana tentang keberadaan “anak unik” yang sering juga diistilahkan ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) tersebut.

Secara runtut bunda Ningrum menjelaskan beberapa definisi anak berkebutuhan khusus, seperti anak gifted, anak autis, anak hyperactive, anak Learning Differences (LD), anak berbakat, beserta penyebab dan ciri-cirinya. Kesimpulan yang akhirnya diperoleh diantaranya adalah bahwa ABK akan menjadi problem jika disertai dengan learning differences, ABK akan mudah mengoptimalkan kapasitas yang dimiliki jika terdapat karakter yang mendukung serta ABK membutuhkan pengasuhan dan model sekolah yang ‘tepat’ dan sesuai kebutuhannya.

Selain Bunda Ningrum (panggilan akrab M. Ratna Ningrum Dyah Sri Rejeki), hadir juga sebagai pemateri adalah Resnia Novitasari, S.Psi., M.A yang mengupas 'Karakteristik dan Jenis Anak Berkebutuhan Khusus atau Tidak, dan Rina Mulyati, S.Psi., M.Si., Psikolog mengkaji tentang 'Deteksi Dini untuk Memahami Apakah Anak Berkebutuhan Khusus atau Tidak'.

Seminar Forum Mahasiswa Pecinta Psikologi Industri dan Organisasi (FMP-PIO)

“Pengalaman merupakan sesuatu yang tak pernah rugi untuk dibeli. Dengan pengalaman kita akan mendapatkan perjalanan, perjumpaan dan juga pelajaran. Belilah pengalaman agar Anda menjadi orang yang insight full (baca: berwawasasn yang luas). Jangan hanya kupu-kupu (baca: kuliah-pulang-kuliah-pulang)”. Demikian ungkap Ike Agustina, S.Psi., M.Si saat memberikan materi ‘Job Interview’ dalam Seminar yang diinisiasi oleh Forum Mahasiswa Pecinta Psikologi Industri dan Organisasi (FMP-PIO) bertema ‘Mengenal Penerapan Psikologi Industri/Organisasi dalam Dunia Kerja dan Strategi Menghadapi Seleksi Kerja’, Jumat, 6 Juni 2014 di Auditorium Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII).

Selain Bu Ike (panggilan akrab Ike Agustina), alumni Prodi Psikologi FPSB UII, Reni Nur Pertiwi Dyah Astuti, S.Psi atau akrab disapa Mbak Reni sudah terlebih dahulu menyajikan materi ‘Aplikasi PIO dalam Dunia Kerja’. Dalam paparannya, Mbak Reni lebih banyak berbagi informasi tentang peran HRD dalam sebuah perusahaan meski tak melupakan materi tentang persiapan menghadapi seleksi kerja.

Materi atau tips menghadapi seleksi wawancara lebih detil disampaikan oleh Mbak Ike dengan berbagi cerita saat dirinya melakukan proses seleksi karyawan di berbagai perusahaan. Inisiatif, kreatifitas, pengalaman berorganisasi atau bekerja di lembaga lain dalam kurun waktu tertentu (berkontribusi positif) menjadi poin lebih bagi seseorang untuk lolos seleksi. Meski demikian, secara teoritis memang ada 10 kriteria orang/pekerja yang paling dicari, yakni memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik, jujur dan memiliki integritas, mampu bekerja dalam tim, memiliki motivasi tinggi, memiliki kemampuan berinteraksi dengan baik, memiliki etika dalam bekerja, memiliki kemampuan analisis, mudah beradaptasi, memiliki keterampilan komputer dan juga penuh percaya diri.)“Saking seringnya melakukan proses rekrutmen, maka seorang Psikolog bisa mengetahui sifat-sifat calon pegawai hanya dalam waktu 1 menit saja”, ungkapnya.

Reni saat sampaikan materi 'Aplikasi PIO dalam Dunia Kerja' pada peserta seminar bertema ‘Mengenal Penerapan Psikologi Industri/Organisasi dalam Dunia Kerja dan Strategi Menghadapi Seleksi Kerja

Oleh karena itu, mbak Ike juga berbagai tips kepada peserta seminar dalam mempersiapkan diri menghadapi proses seleksi, seperti persiapan fisik, persiapan mental maupun memperhatikan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses seleksi. Untuk persiapan secara fisik yang perlu diperhatikan adalah menjaga kondisi badan (fit), istirahat yang cukup sebelum menjalani tes, menjaga perut agar tidak kosong/kekenyangan, memakain pakaian yang nyaman serta hadir 15 menit sebelum tes. Sedangkan persiapan mental meliputi penerimaan diri secara positif (belajar memaafkan hal-hal di masa lalu yang membuat tidak nyaman di masa sekarang), percaya diri tapi tidak sombong (yakinkan diri bahwa kita layak mendapatkan yang terbaik dan mampu memenangkan kompetisi), rendah hati tapi tidak minder dan berusaha untuk selalu merasa tenang dan konsentrasi pada proses yang sedang dijalani (pastikan untuk selalu berdoa).

Lepas dari hiruk pikuk proses seleksi tersebut, Mbak Ike mengajak peserta untuk bisa menemukan pekerjaan yang berbasis ‘passion’. Artinya pekerjaan yang diperoleh tersebut benar-benar membawa kebahagiaan dan kepuasan lahir dan batin atau bahasa sederhananya untuk melakukan pekerjaan ‘passion’ tersebut seseorang rela untuk ‘tidak dibayar’.