Volume 1 Edisi 1, 2025
15 Agustus 2025
Sisi Gelap Media Sosial: Ancaman Kesehatan Fisik Remaja di Balik Penggunaan yang Bermasalah
Fitri Ayu Kusumaningrum
Penggunaan media sosial telah menjadi sorotan banyak peneliti. Hal ini dikarenakan dilema pada dua sisi bahwa media sosial di satu sisi dapat memberi manfaat positif namun di sisi lainnya, media sosial telah terbukti memberi dampak negatif pada individu, khususnya remaja. Remaja pada tahap perkembangannya, merupakan individu dengan dinamika yang cukup pelik. Hal ini ditandai pada proses tugas perkembangannya yaitu mencari jati diri di saat perkembangan kognitif belum optimal, namun perkembangan emosi lebih cepat untuk merespon.
Pada artikel ini, akan disajikan rangkuman mengenai dampak-dampak fisik pada penggunaan media sosial bermasalah pada remaja. Harapannya, dengan memahami berbagai dampak penggunaan media sosial yang bermasalah pada remaja, pihak terkait seperti orangtua, sekolah, masyarakat, dan negara dapat memberikan kebijakan yang tepat berbasis bukti.
Dampak pada fisik pertama terkait dengan gangguan tidur. Dimana tidur merupakan aktivitas yang dapat berkorelasi langsung dengan kesehatan individu. Terdapat studi mengatakan bahwa remaja dapat mengalami gangguan tidur ketika menggunakan media sosial secara bermasalah (Rahman et al., 2025). Hal tersebut menjadi wajar ketika remaja terus aktif dan terlibat pada aktivitas media sosial mengalami pergeseran dari konten ke konten tanpa hambatan (infinite scroll). Algoritma media sosial akan bekerja ketika individu menonton tayangan, bahkan menekan tombol like atau share di mana algoritma akan menayangkan konten serupa. Ketika remaja tidak mempunyai daya kendali pada dirinya, maka akan terperangkap pada aktivitas guliran tanpa batas di media sosial dan mengakibatkan gangguan tidur. Gangguan tidur ini dapat mengakibatkan berbagai dampak lanjutan diantaranya tidak hadir ke sekolah dan prestasi menurun. Keterlibatan di sekolah semakin tidak berminat dan menghambat pertemanan sosial di sekolah. Perhatian fokus di sekolah menjadi lebih menurun ketika remaja kurang tidur di waktu malam.
Terkait dengan pola makanan, remaja yang tidak memiliki pola makan yang sehat, cenderung memiliki berbagai penyakit metabolik yang dapat menjadi pencetus penyakit lainnya. Remaja yang menggunakan media sosial secara bermasalah dilaporkan telah memiliki kebiasaan pola makan yang buruk yang dilihat dari adanya peningkatan konsumsi makanan manis serta minuman bergula namun frekuensi yang lebih rendah pada sarapan (Khan et al., 2025). Hal ini tidak luput dari adanya gaya hidup sedentari dimana remaja cenderung tidak melakukan banyak aktivitas karena terlalu lekat dengan media sosial. Adanya penyakit diabetes, gagal ginjal, tekanan darah tinggi adalah penyakit metabolik yang pada akhir-akhir ini, makin banyak remaja yang mengidap penyakit ini. Hal ini karena salah satunya perilaku sedentari atau malas bergerak melakukan aktivitas yang produktif karena banyak waktu yang dihabiskan untuk mengakses media sosial.
Dampak lainnya yaitu pada kesehatan mata. Adanya kontak mata yang dekat dengan telepon pintar, perpindahan gambar dengan cepat, serta mengakses telepon pintar dengan berbaring membuat berbagai keluhan pada kesehatan mata. Hal ini yang mengakibatkan remaja dengan penggunaan media sosial bermasalah dapat mengakibatkan permasalahan kesehatan mata (Şambel Aykutlu et al., 2024). Kesehatan mata yang disebabkan dikenal dengan istilah digital eye strain atau gejala ketidaknyamanan pada penglihatan akibat menggunakan perangkat digital dalam waktu yang lama.
Mengenai berat badan, remaja cenderung ingin menampilkan citra tubuh yang ideal di fase perkembangannya. Namun, studi Oduro et al. (2023) pada remaja dilaporkan bahwa remaja yang mengakses media sosial secara bermasalah dapat meningkatkan obesitas. Obesitas adalah penumpukan lemak pada tubuh akibat konsumsi kalori makanan yang berlebih yang tidak diimbangi dengan pola hidup yang sehat seperti olahraga, tidur cukup, dan tidak stres. Remaja yang mengalami obesitas akan membawa faktor resiko pada munculnya penyakit fisik.
Remaja yang menggunakan media sosial secara bermasalah akan cenderung menampilkan depresi dan memunculkan pada gangguan dismorfik tubuh (body dysmorphic disorder) dimana individu merasa cemas merasa selalu ada kekurangan pada fisiknya, namun kenyataannya kekurangan tersebut tidak terlalu terlihat oleh orang lain (El Hayek et al., 2025). Remaja cenderung ingin menampilkan bentuk citra tubuh ideal dengan standar media sosial. Namun, pada kenyataannya, penggunaan media sosial dapat menjadi faktor resiko remaja mengalami obesitas sehingga memungkinkan remaja menggunakan berbagai filter di media sosial untuk menampilkan citra tubuh yang ideal.
Masalah lainnya, remaja yang menggunakan media sosial secara bermasalah juga terlihat melaporkan dirinya memiliki nilai laporan kesehatan yang buruk, peran orangtua dapat mempengaruhi hubungan ini (Ledel et al., 2025). Orangtua idealnya menjadi sosok yang dapat memberi contoh, serta mengarahkan remaja pada kesehatan tubuhnya. Misalkan dengan memberi jadwal kegiatan di waktu luangnya dan memberi batasan mengakses media sosialnya. Orangtua dapat membersamai remaja pada aktivitas olahraga bersama keluarga atau mengisi waktu luang bersama keluarga dengan berbagai kegiatan positif untuk mengurangi intensitas penggunaan media sosial.
Referensi
Aykutlu, S. M., Aykutlu, H. C., Özveren, M., & Garip, R. (2024). Digital media use and its effects on digital eye strain and sleep quality in adolescents: A new emerging epidemic? PLOS ONE, 19(12), e0314390. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0314390
El Hayek, S., Obeid, S., Kazan, R., Hallit, S., Fekih-Romdhane, F., & Haddad, G. (2025). Mediating effect of depression between problematic social media use and body dysmorphic concerns in adolescents. Discover Mental Health, 5(1), 47. https://doi.org/10.1007/s44192-025-00176-8
Jin, R., & Le, T.-T. (2024). Eyes on me: How social media use is associated with urban Chinese adolescents’ concerns about their physical appearance. Frontiers in Public Health, 12, 1445090. https://doi.org/10.3389/fpubh.2024.1445090
Khan, A., Feng, J., Chachay, V., Tsang, J. H., Huang, W. Y., Sit, C. H. P., & Minichiello, V. (2025). Bytes and bites: Social media use and dietary behaviours among adolescents across 41 countries. Pediatric Research. https://doi.org/10.1038/s41390-025-04030-z
Ledel, Å., Låftman, S. B., & Landberg, J. (2025). Problematic social media use and self-rated health among Swedish adolescents: Is the association moderated by family support? BMC Public Health, 25(1), 1670. https://doi.org/10.1186/s12889-025-22927-6
Oduro, M. S., Katey, D., Morgan, A. K., & Peprah, P. (2023). Problematic social media use and overweight/obesity: Explanatory pathway analysis of 124 667 in‐school adolescents in 39 high‐income countries. Pediatric Obesity, 18(11), e13073. https://doi.org/10.1111/ijpo.13073
Rahman, M., Rabby, Md. F., Kabir, Md. R., Anjum, R., Saha, O., Bhuiyan, Md. A. A., Emon, H. H., & Hossain, Md. M. (2025). Associations between social media addiction, social media fatigue, fear of missing out, and sleep quality among university students in Bangladesh: A cross-sectional study. Journal of Health, Population and Nutrition, 44(1), 152. https://doi.org/10.1186/s41043-025-00896-1