Volume 1 Edisi 1, 2025
15 Agustus 2025

Menolong diri sendiri saat depresi

Muhammad Novvaliant Filsuf Tasaufi

Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis yang cukup umum dijumpai di masyarakat. Meski cukup umum, gangguan depresi ini memberikan dampak yang cukup besar pada kehidupan seseorang. Dampak yang ditimbulkan antara lain gangguan fisik, meliputi rasa lelah yang berkepanjangan, gangguan tidur, gangguan makan, bahkan pada sensasi nyeri yang tidak terjelaskan. Dampak lain yang ditimbulkan adalah problematika psikologis, meliputi kehilangan minat atau selera dalam melakukan apa yang biasanya disenangi, perasaan tidak berharga sehingga selalu mengkritik diri sendiri dan memiliki persepsi yang buruk pada diri sendiri, hingga konsentrasi menurun. Sementara dampak terhadap perilaku, meliputi perilaku menarik diri dari lingkungan sosial, mengabaikan kebutuhan diri, produktivitas kerja menurun hingga perilaku impulsif yang bisa membahayakan diri sendiri seperti perilaku menyakiti diri sendiri maupun percobaan bunuh diri.

Demikian besar dampak yang dapat ditimbulkan, namun sayangnya, belum banyak yang memahami sehingga seringkali terjadi miskonsepsi atau kesalahpahaman terhadap perilaku depresi ini. Contohnya adalah konsep orang yang bahagia berarti tidak mengalami depresi. Dalam realitanya, ada jenis depresi yang disebut dengan High Functioning Depression (HFD), di mana seseorang mampu tersenyum, terlihat bahagia, bahkan menjalankan fungsinya sehari-hari, namun menyimpan bom waktu depresi diam-diam. Sering terjadi pada musisi, aktor, maupun pekerja seni yang terlihat tidak ada masalah apa-apa, namun ditemukan bunuh diri. 

Konsep lain yang seringkali disalahpahami adalah depresi itu merupakan tanda lemah iman. Padahal Rasulullah sendiri pernah mengalami kesedihan mendalam yang kemudian disebut ‘amul huzni atau tahun kesedihan karena meninggalnya istri tercinta dan pamannya yang senantiasa membersamai perjuangan di awal-awal Islam. Selain itu, dalam al-Qur’an surat Maryam ayat 23 yang memiliki terjemahan, “Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata, ‘aduhai alangkah baik aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Kata-kata yang diucapkan oleh Maryam merupakan kata-kata yang identik diucapkan oleh mereka yang mengalami depresi. Lalu siapakah yang akan meragukan keimanan Rasulullah dan Siti Maryam?

Selain itu, konsep yang salah kaprah adalah depresi selalu ada permasalahan yang menjadi penyebab jelasnya. Pada kenyataannya, banyak kondisi depresi tidak disertai pemicu yang jelas. Penyintas tiba-tiba merasa sedih, merasa tidak berharga bahkan muncul pemikiran untuk bunuh diri. Faktor biologis atau ketidakseimbangan unsur kimiawi dalam otak seringkali menjelaskan mengapa seseorang tiba-tiba mengalami depresi.

Ada juga yang keliru dalam memahami depresi dengan menyebut “itu” bukan depresi, hanya pemalas. Padahal mereka yang mengalami depresi akan merasakan “pertempuran batin” dalam dirinya. Kepalanya seringkali penuh dan berisik sehingga tidak bisa fokus dan terlihat “hanya” berdiam diri. Kondisi ini yang membuat penyintas depresi mudah sekali merasakan kelelahan yang panjang meski hanya dengan aktivitas yang sedikit.

Adanya kesalahpahaman ini membuat penyintas seringkali diremehkan, ditolak bahkan dihakimi yang membuat kondisi depresi ini menjadi semakin parah dan memburuk. Penyintas makin menarik diri dan bukan tidak mungkin kemudian secara diam-diam merencanakan untuk mengakhiri hidup ini. Sebagai tambahan informasi, lebih dari 90% bunuh diri disebabkan oleh faktor gangguan mental, termasuk di dalamnya adalah gangguan depresi.

Lalu apa yang bisa dilakukan jika ternyata diri sendiri mengalami kondisi semacam ini? Apa bentuk pertolongan pertamanya sebelum melanjutkan tindakan ke profesional? Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan sebelum ditangani oleh profesional, antara lain: :
Langkah paling awal adalah kesediaan untuk mengakui dan menerima perasaan diri sendiri, bahwa saat ini sedang berada dalam kondisi di “bawah” dan tidak berdaya sehingga membutuhkan pertolongan dari Allah swt. Terdapat beberapa doa yang relevan dengan situasi tersebut yang termaktub dalam QS Al-Qashash ayat 24 yang artinya, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (rezeki) yang Engkau turunkan kepadaku”.

Berikutnya adalah menjaga kondisi fisik dengan memberikan “hak”nya seperti makan, minum, istirahat, olahraga ringan, bahkan sinar matahari yang bisa mengaktifkan beberapa sistem dalam tubuh. Selain itu, tidak lupa untuk mencari dukungan sosial agar tidak merasa “sendiri” dalam menghadapi permasalahan. Dukungan sosial ini dapat membantu jika berada dalam situasi yang darurat. Dukungan sosial ini juga bisa bermanfaat untuk membagi “beban” permasalahan dengan bercerita. Meski belum tentu menyelesaikan masalah, setidaknya dapat memperingan beban yang dibawa. 

Langkah berikutnya adalah menata kembali serta menyusun prioritas dari permasalahan yang akan dihadapi. Perlu dipisahkan mana permasalahan yang penting, genting, mendesak ataupun tidak mendesak. Pemetaan masalah ini setidaknya bisa mengurangi keruwetan yang biasa terjadi pada penyintas depresi. Tidak kalah penting, perlu mengapresiasi diri sekecil apapun perkembangan yang terjadi, sesederhana “saya mau keluar rumah untuk mendapatkan sinar matahari meski hanya 15 menit”.

Langkah terakhir adalah menyiapkan rencana keselamatan jika kondisi dikhawatirkan makin memburuk, seperti pikiran untuk bunuh diri atau menyakiti diri sendiri yang semakin kuat. Jangan sampai tinggal sendiri terlalu lama. Kehadiran keluarga atau teman dekat akan sangat membantu penyintas depresi untuk melewati masa-masa kritisnya sebelum mendapatkan penanganan yang lebih profesional dan komprehensif dari yang berwenang.

Demikian gambaran mengenai apa yang bisa dilakukan saat menghadapi permasalahan yang memberikan dampak kesedihan yang mendalam hingga masuk ke lubang depresi. Permasalahan dalam hidup sejatinya merupakan kepastian yang Allah swt gunakan untuk menguji, menaikkan derajat, dan membersihkan hamba-hamba yang disayangi-Nya agar saat kembali kepada Allah swt dengan kondisi yang benar-benar bersih. Rasa sedih hingga muncul perasaan ingin mati, merupakan suatu hal yang bisa dipahami dengan kacamata yang lebih bijaksana, bahwa setiap orang memiliki jalan perjuangan dan kemampuannya masing-masing sehingga tidak bisa disamaratakan antara satu individu dengan individu lainnya. Adanya doa, usaha serta dukungan sosial dapat membantu proses kesembuhan individu yang mengalami depresi. Wallahu a’lam bishawab.