Volume 1 Edisi 1, 2025
15 Agustus 2025

Intervensi psikologi islam: Memadukan nilai islam dan psikologi moderen

Fuad Nashori

Pendahuluan

Para ahli psikologi dan psikiatri khususnya psikoterapi modern, menemukan berbagai gangguan dan penyakit psikologis dalam kehidupan manusia. Ada orang ”gila” (schizophrenia), histeria, homoseks (dulu disebut gangguan sekarang dianggap normal oleh Asosiasi Psikiatri Amerika), dan sebagainya. Merasa terpanggil dan tertantang dengan berbagai penyakit dan gangguan psikologis itu, mereka merumuskan dan mempraktikkan berbagai teknik intervensi.

Di bagian lain, para ulama, ustadz, kyai dan ilmuwan Muslim juga mendapatkan kenyataan adanya berbagai penyakit hati dalam masyarakat. Mereka memperoleh pengetahuan dan inspirasi dari al-Qur’an dan al-Ḥadīts tentang berbagai penyakit hati. Ada iri, dengki, tak dapat menahan nafsu birahi, wahn (cinta dunia dan takut mati), cenderung kepada yang mudarat dan menjauh dari yang bermanfaat, dan seterusnya berkembang dalam diri individu-individu. Merasa terpanggil dan tertantang dengan fenomena tersebut, mereka merumuskan berbagai intervensi ibadah (intervensi zikir, istigfar, intervensi membaca/murottal/tadabbur al-Qur’an, intervensi puasa, intervensi salat khusyu-sunnah, dan sebagainya, termasuk terapi akhlak (intervensi syukur, intervensi sabar, intervensi muraqabah, intervensi taubat, dan sebagainya). 

Sesungguhnya tradisi-tradisi lokal juga menyumbangkan perspektif tentang  berbagai macam penyakit jiwa. Di Jawa dan Bali misalkan, fenomena kerasukan, yaitu menjadi orang lain (misalnya seorang perempuan tiba-tiba bersuara lelaki tanpa ia menyadarinya). Bahkan, di tradisi Jawa ada tarian jathilan, yang membuat seseorang melakukan perbuatan yang irasional seperti makan pecahan kaca dan sebagainya. Semua gangguan itu ternyata ada jalan penyelesaiannya, ada intervensi, ada terapinya, ada psikoedukasinya, ada pelatihannya.

Semua hal di atas menunjukkan bahwa ada penyakit dan ada obat atau terapinya. Hal ini memang sudah sunnatullah (menjadi hukum kehidupan, hukum alam). Terapi itu sendiri harus digali, dikembangkan, dan diuji coba oleh manusia. Bila melalui serangkaian percobaan diperoleh hasil yang bermanfaat, orang-orang yang memiliki keahlian akan merekomendasikan dan memberikan treatment untuk mencegah dan mengatasi masalah yang sama atau masalah yang sejenis.  

Peran Islamisasi Ilmu

Salah satu gerakan yang berkembang di kalangan ilmuwan Muslim adalah Islamisasi pengetahuan yang digerakkan oleh Ismail al-Faruqi dan Muhammad Naquib al-Attas dan mendapat sambutan hangat dari berbagai kalangan ilmuwan Muslim. Gagasan umum dari gerakan yang diawali buku al-Faruqi The Islamization of Knowledge adalah bagaimana mensinergikan atau mengintegrasikan ilmu pengetahuan yang sudah dihasilkan para perumusnya dari masa ke masa dapat sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dalam gerakan ini muncul berbagai usaha, mulai dari melakukan similarisasi (mencari kesamaan antara ajaran Islam dengan ilmu pengetahuan modern) sebagaimana banyak dilakukan Maurice Bucaille dalam buku The Bible, The Quran, and Science, hingga objektivikasi (yaitu merumuskan ajaran yang bersifat normatif yang berasal dari al-Qur’an dan al-Ḥadīts, menjadi ilmu yang objektif/dapat diukur) sebagaimana dilakukan ilmuwan Muslim mutakhir. Semua usaha itu dihargai dengan harapan dapat dipergunakan untuk kebaikan (maslahat) bagi umat manusia. 

Dalam bidang psikologi, para pengkaji menawarkan apa yang mereka sebut sebagai Psikologi Islam (Islamic Psychology). Tidak hanya merumuskan teori, para ilmuwan juga berinovasi dengan menelorkan berbagai pendekatan psikoterapi yang mengintegrasikan nilai Islam. Penulis bersama kolega (Raden Rachmy Diana, Bahril Hidayat) menyampaikan potret intervensi psikologi Islam dalam tulisan bertajuk The Trend of Islamic Psychology Intervention. Di sini kami katakan bahwa pendekatan psikologi Islam dapat dikelompokkan jadi dua, yaitu intervensi psikologi Islam orisinal dan intervensi psikologi Islam integratif. 

Intervensi psikologi Islam orisinal adalah berbagai intervensi melalui terapi, pelatihan, psikoedukasi yang dasar dan prosesnya didasarkan pada ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad. Beberapa terapi yang dapat dimasukkan di sini adalah intervensi/terapi/pelatihan/psikoedukasi al-Qur’an, salat, zikir, doa yang bersumber dari ajaran Islam. Contoh lan yang masuk dalam kelompok akhlak adalah intervensi syukur, intervensi sabar, intervensi tobat, intervensi muraqabah, dan sebagainya. 

Intervensi psikologi Islam integratif adalah berbagai intervensi yang menggabungkan dasar dari agama Islam yang disatupadukan dengan konsep psikologi dari Barat. Beberapa contohnya adalah intervensi kognitif Islam, intervensi kognitif perilaku Islam, (sebagian) intervensi pemaafan, dan sebagainya. Di bawah ini dicontohkan terapi pemaafan dengan pendekatan psikologi islam orisinal dan integratif. 

Contoh Intervensi: Forgiveness Therapy

Dalam terapi pemaafan, ada ahli yang menggunakan pendekatan psikologi Islam orisinal dan dan ada pula yang menggunakan pendekatan psikologi Islam integratif. Dalam pendekatan psikologi Islam orisinal, dasarnya adalah ayat-ayat al-Qur’an dan hadis Nabi. Ada juga yang menggunakan pemikiran al-Ghazali tentang proses pemaafan yang didasarkan pada al-Qur’an dan hadis Nabi Muhamad. Imam al-Ghazali (dalam buku Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn), menggambarkan proses pemaafan dalam lima tahap, yaitu ghaḍab (tahapan menyadari emosi negatif ada dalam diri dan menyadari dampak buruk dari emosi negatif), ḥilm (proses menahan marah/tidak tersinggung ketika diperlakukan tidak menyenangkan oleh orang lain), ‘afw (memberi maaf kepada orang lain, sekalipun punya hak untuk membalasnya), berbuat iḥsān (membalas kezaliman dengan kebaikan/kemurahan hati), dan yang terakhir adalah al-rifq (diri yang memiliki perasaan belas kasih, menyayangi, dan bersahabat dengan orang lain dengan penuh kelembutan). Beberapa peneliti yang menggunakan pendekatan ini adalah Kiani dkk (2018), Oktaviana (2022), dan sebagainya. 

Selain terapi pemaafan dengan pendekatan intervensi psikologi Islam orisinal, sejumlah ahli psikologi Islam merumuskan intervensi psikologi dengan cara mengintegrasikan pandangan Islam dan psikologi barat kontemporer. Dasar intervensi didasarkan pada al-Qur’an dan Hadis Nabi yang menggambarkan pemaafan sebagai akhlak mulia. Selain itu menggunakan al-Qur’an dan Hadis Nabi, para ahli juga menggunakan konsep psikologi Barat, salah satunya adalah proses pemaafan dari Robert Enright. Ahli psikologi positif ini menggambarkan fase pemaafan dalam lima tahap, yaitu uncovering phase (menyadari kalau diri marah, sakit hati dan dendam), decision phase (memikirkan kemungkinan untuk memaafkan yang dilanjutkan dengan pengambilan keputusan), work phase (beraktivitas memaafkan), deepening phase (internalisasi kebermaknaan dari memaafkan), dan reconciliation phase (berinteraksi dengan pelaku kezaliman  atau benar-benar memaafkan). Contoh beberapa peneliti yang menggunakan pendekatan integratif ini adalah Firmansyah dkk (2019), Diana dkk (2022), Nashori dkk (2023), Bashir dkk (2024), Fernando (2025). 

Demikian. Wallahu a’lam bi ash-shawab.