Volume 1 Edisi 1, 2025
15 Agustus 2025

Peran orang tua mengatasi gadget screen time anak

Mira Aliza Rachmawati

“Beda jaman beda mainan”

Teringat dulu ketika masih usia anak-anak dan remaja banyak permainan seru yang dilakukan di luar ruangan. Permainan yang dilakukan pada saat itu adalah permainan tradisional seperti lompat tali (lompatan), bola bekeljamuran, gobak sodor, cublak-cublak suweng, benthik, dakon, dan sebagainya. Betapa serunya pada saat itu, karena anak-anak dapat berinteraksi dengan lebih leluasa bersama dengan teman-teman seusianya di luar ruangan. Sepulang dari permainan, orang tua akan marah dan menjadi kesal kepada anak-anaknya setiap kali pulang ke rumah membawa baju kotor, dekil, serta bau sinar matahari (“seng”) karena terpapar sinar matahari dan tanah lapangan.

Sangat berbeda sekali dengan situasi dan kondisi saat ini, sangat jarang ditemui anak-anak bermain di tanah lapang dengan permainan yang telah disebutkan di atas. Saat ini, banyak ditemui anak-anak berkumpul bersama dengan teman-temannya namun tidak untuk melakukan permainan tradisional dengan segala keseruannya akan tetapi mereka lebih asyik dengan gadgetnya masing-masing. Permainan yang mereka lakukan berupa permainan yang ada di gadgetnya seperti Mobile Legend, PUBG, Stumble Guys, Mortal Combat, dan sebagainya. Selain permainan, mereka juga fokus scroll media sosial yang sedang mereka gandrungi seperti TikTok, instagram, dan sebagainya. Tidak jarang ditemui, di ruang terbuka seperti di pinggir jalan maupun di halte bus bahkan di tempat umum seperti restoran maupun mall, anak-anak atau remaja berjoget-joget mengikuti gerakan dan gaya yang sedang viral di media sosial TikTok, kemudian meng-upload-nya di media sosial tersebut. Sudah tidak ada lagi rasa malu dan kurang percaya diri pada saat mereka melakukan perilaku tersebut di ruang terbuka maupun tempat umum. 

Fenomena di atas sangat mafhum untuk kondisi saat ini sehingga bukan sebagai sebuah situasi yang aneh lagi di jaman sekarang ini. Anak-anak lebih banyak terpapar dengan gadget dan atensinya lebih tinggi pada saat mereka menggunakan gadget untuk kegiatan di luar penggunaan utamanya (seperti berkomunikasi maupun belajar). Hal ini ditunjukkan dengan data penggunaan screen time (waktu layar) di dunia yang semakin meningkat dari tahun ke tahun (https://backlinko.com/screen-time-statistics, diakses 5 Agustus 2025). Rata-rata penggunaan waktu layar di dunia sekitar 6 jam 38 menit per harinya. Rata-rata usia paling banyak menghabiskan waktu di depan layar yaitu antara usia 16-24 tahun yaitu sebesar 7 jam 35 menit (wanita) dan 7 jam 11 menit (laki-laki). Sedangkan untuk usia 8-12 tahun anak-anak dan remaja di Amerika Serikat menghabiskan waktu di depan layar sebanyak 5 jam 33 menit. Sedangkan berdasarkan negara, rata-rata penggunaan waktu layar di Indonesia sebesar 7 jam 22 menit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sakinah dan Indahwati (2025) diperoleh hasil rata-rata penggunaan waktu layar pada anak-anak SMP yang berusia kisaran 12-15 tahun di sebuah sekolah di Surabaya sebesar 5 jam 44 menit. Hasil penelitian ditemukan bahwa waktu layar lebih banyak digunakan pada malam hari yaitu sebesar 70,7%, sore hari sebesar 21,1%, siang hari sebesar 7,3% dan pagi hari lebih sedikit yaitu sebesar 0,8%. 

Menarik untuk dipahami bahwa ternyata fenomena mengenai penggunaan waktu layar di Indonesia termasuk di luar batas kewajaran. Berdasarkan pedoman dari WHO (https://www.aoa.org/news/clinical-eye-care/public-health/screen-time-for-children-under-5, diakses 5 Agustus 2025) bahwa waktu layar untuk bayi kurang dari 1 tahun tidak direkomendasikan, usia 1-2 tahun dimana usia 1 tahun tidak direkomendasikan untuk waktu layar dan usia 2 tahun kurang dari 1 jam, usia 3-4 tahun tidak lebih dari satu jam. Sedangkan The American Academy of Child and Adolescent Psychiatry (AACAP) (https://www.familyeducation.com/entertainment-activities/online/screen-time-recommendations-by-age-chart, diakses 5 Agustus 2025) merekomendasikan waktu layar serta jenis aktifitas yang baik berdasarkan usia adalah sebagai berikut: bayi (usia 0-18 bulan) sebaiknya tanpa waktu layar, batita (usia 18-24 bulan) waktu layar kurang dari 1 jam, anak-anak (usia 2-5 tahun) waktu layar maksimal 1 jam pada hari kerja dan 3 jam pada saat libur, dan anak-anak (usia 6-15 tahun) kurang dari 2 jam. Adapun konten yang direkomendasikan untuk bayi berupa video, untuk batita hanya konten pendidikan, untuk anak-anak (usia 2-15 tahun) yaitu konten edukatif dan interaktif yang sesuai, konten non edukatif tidak diperbolehkan, dan anak-anak (usia 6-15 tahun) konten yang sifatnya rekreasional tetapi harus diarahkan pada kebiasaan yang sehat. 

Berdasarkan rekomendasi dari WHO maupun AACAP yang tentu saja sudah didasarkan pada analisis yang tajam dan mendalam maka dapat disimpulkan bahwa waktu layar yang dipakai oleh anak-anak dan remaja di Indonesia melebihi waktu yang direkomendasikan. Oleh karena itu, perlu kiranya kita sebagai seorang orang tua dan pendidik perlu lebih mendalami dan memahami mengenai fenomena ini dan mencari solusi terbaik untuk dapat membantu anak-anak dan remaja mengurangi waktu layarnya dan memanfaatkan teknologi dengan sebaik-baiknya. Harapannya adalah agar anak-anak maupun remaja tidak dikendalikan oleh teknologi namun sebaliknya anak-anak maupun remaja dapat mengendalikan teknologi dengan sebaik-baiknya. 

Sikap orang tua terhadap screen time anak

Menelaah fenomena diatas terkait dengan waktu layar yang digunakan oleh anak-anak dan remaja maka sudah sepatutnya orang tua perlu memahami perkembangan situasi dan kondisi saat ini. Perbedaan situasi dan kondisi orang tua jaman dulu dengan situasi dan kondisi anak saat ini tentu saja membawa dampak yang signifikan dalam mendidik serta mendampingi anak-anaknya. Hal ini sejalan dengan teori ekologi dari Bronfenbrener (https://www.simplypsychology.org/bronfenbrenner.html, diakses 5 Agustus 2025) bahwa lingkungan akan mempengaruhi perkembangan anak ke depannya. Termasuk diantaranya adalah kronosistem yaitu perubahan lingkungan di sepanjang hidup anak, di antaranya adalah perkembangan teknologi yang secara tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan anak.  

Oleh karena itu, orang tua perlu menelaah kembali mengenai pesan yang disampaikan oleh Ali bin Abi Thalib yang menyampaikan bahwa “Didiklah anak sesuai dengan zamannya karena mereka hidup sesuai dengan zamannya, bukan zamanmu”. Berdasarkan hal ini maka yang perlu dipahami oleh orang tua adalah bahwa orang tua harus dapat mengubah persepsi bahwa situasi dan kondisi pada saat ini sangat berbeda dengan situasi dan kondisi pada jaman dahulu. Orang tua harus memiliki pengetahuan dan pemahaman mengenai perkembangan teknologi yang pesat pada generasi saat ini agar tidak ketinggalan jaman sehingga dapat mengimbangi pengetahuan teknologi yang dimiliki oleh anaknya. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi membawa dampak yang signifikan bagi anak. Orang tua tidak dapat mencegah anaknya untuk tidak menggunakan gadget dalam kesehariannya. Kondisi ini yang harus diterima oleh orang tua, sebab tidak dapat dipungkiri bahwa waktu anak kemungkinan akan lebih banyak berhubungan dengan gadget. Anak tidak akan bisa lepas dari gadget yang berdampak pada waktu layar yang lebih panjang. Oleh karena itu, tugas orang tua adalah selalu meng-update informasi dan pengetahuannya mengenai perkembangan teknologi yang semakin pesat dari hari ke hari. Orang tua harus mau belajar mengenai cara teknologi bekerja serta platform digital yang sedang berkembang baik yang berkaitan dengan media sosial, game online, maupun platform lainya yang sedang berkembang, dan sering digunakan oleh anak-anak saat ini. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar orang tua mengerti apa yang dilakukan oleh anaknya dengan gadget yang dimilikinya serta paham mengenai platform digital yang digunakan oleh anaknya. 

Bagi orang tua yang masih memiliki anak di usia masih anak-anak dan remaja, alangkah lebih baik apabila orang tua menggunakan aplikasi parental control. Parental control dilakukan agar orang tua dapat membatasi penggunaan aplikasi gadget yang diakses oleh anak, serta dapat melakukan pemblokiran pada aplikasi atau situs yang tidak sesuai untuk anak-anak. Orang tua perlu meningkatkan literasi digitalnya agar tidak tertinggal informasi terkini yang sedang update di dunia anak-anak dan remaja. Selain itu parental control juga dapat digunakan oleh orang tua untuk dapat membatasi waktu layar yang digunakan oleh anak-anak.

Hal yang perlu dilakukan lagi oleh orang tua adalah melakukan pengecekan secara berkala mengenai aplikasi atau situs yang digunakan oleh anak-anak dan remaja. Perlu adanya monitoring berkala pada gadget yang digunakan oleh anak-anak. Hal ini sesuai dengan Surat At Tahrim ayat 6 sebagai berikut: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. Penjaganya adalah malaikat-malaikat yang kasar dan keras. Mereka tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepadanya dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”

Dapat dipahami bahwa tugas orang tua adalah memberikan pendidikan terbaik bagi anak-anaknya dan menjauhkan dari hal-hal buruk yang tidak bermanfaat. Oleh karena itu, orang tua memiliki kewajiban untuk melakukan monitoring terhadap perilaku anak-anaknya salah satunya adalah dalam penggunaan gadget. Orang tua perlu memastikan bahwa anak-anaknya dapat memanfaatkan gadget dengan sebaik-baiknya, dan tidak berlebihan dalam menggunakannya. Salah satu yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah memfasilitasi anak dengan aplikasi yang bermanfaat dalam gadgetnya. Berikan aplikasi yang dapat digunakan oleh anak-anak untuk dapat memperluas wawasan pengetahuannya dan belajar, misalkan video edukasi, permainan edukasi yang bermanfaat. Orang tua tidak dapat melarang sama sekali anak-anaknya untuk tidak menggunakan gadget, tapi gunakan gadget sebagai alat untuk membantu anak-anak dalam belajar, dan meningkatkan keterampilan, serta mendapatkan keterampilan baru yang bermanfaat ke depannya.  

Referensi: 

https://www.aoa.org/news/clinical-eye-care/public-health/screen-time-for-children-under-5, diakses 5 Agustus 2025

https://www.simplypsychology.org/bronfenbrenner.html, diakses 5 Agustus 2025

https://www.familyeducation.com/entertainment-activities/online/screen-time-recommendations-by-age-chart, diakses 5 Agustus 2025

https://backlinko.com/screen-time-statistics, diakses 5 Agustus 2025

Sakinah, A.N.,  dan Indahwati, N. (2025). Pengaruh screen time terhadap kemampuan motorik siswa SMP. Jurnal Pendidikan Olahraga, Vol. 15, No. 1, Februari 2025, ISSN: 2088-0324, e ISSN: 2685-0125. https://doi.org/10.37630/jpo.v15i1.2388