Volume 1 Edisi 1, 2025
15 Agustus 2025

Fenomena chatbot ai di kalangan remaja 

Mira Aliza Rachmawati

Pesatnya laju perkembangan dunia digital saat ini tidak dapat dihindari bahkan dielakkan. Perkembangan teknologi yang semakin melaju dengan pesat membuat manusia mulai harus bisa beradaptasi dengan cepat juga terhadap perubahan tersebut. Pada masa dulu, kita hanya dapat berkomunikasi dengan orang lain di lintas kota maupun negara hanya mungkin dilakukan melalui media surat yang dikirim melalui pos, kemudian muncullah email yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja. Saat ini, kita dapat berkomunikasi dengan siapapun kapan saja dan dimana saja hanya dengan menggunakan handphone dalam satu genggaman tanpa batas waktu.  

Perkembangan teknologi yang semakin pesat membuat dunia seolah-olah tanpa batas, bahkan dapat diakses dalam hitungan detik. Orang dapat dengan mudah mengakses apapun melalui teknologi dalam satu genggaman tersebut. Tidak terkecuali anak-anak dan remaja, mereka dapat mengakses apapun tanpa batas, apalagi jika mereka diberikan keleluasaan tanpa batas untuk dapat mengakses gadgetnya dalam kehidupan sehari-hari. Selain untuk belajar dan berkomunikasi, gadget dapat digunakan untuk hal-hal lainnya, seperti bermain game online, scroll media sosial, berkomunikasi dengan teman mayanya, mencari informasi dan lain sebagainya.

Pesatnya kemajuan teknologi membantu manusia dalam berbagai bidang. Pada awalnya teknologi dapat membantu manusia untuk meringankan pekerjaan fisik, seperti menggunakan robot maupun mesin untuk membantu dalam pekerjaan berat. Akan tetapi, seiring berkembangnya zaman, teknologi bukan hanya membantu dalam hal fisik, namun dapat membantu manusia berpikir. Hal inilah yang disebut dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).  

Salah satu wujud nyata dalam perkembangan artificial intelligence atau kecerdasan buatan yang dikenal dengan chatbot AI. Chatbot AI bekerja seolah-olah seperti manusia, dimana ia dapat berkomunikasi dan berinteraksi melalui kata-kata dan merupakan layanan percakapan virtual melalui teknologi. Biasanya chatbot digunakan untuk membantu dalam dunia bisnis, misalkan mesin penjawab telepon atau whatsapp pada saat toko sudah tutup. Akan tetapi perkembangan saat ini, chatbot AI digunakan oleh remaja sebagai sarana berkomunikasi, berinteraksi, berdiskusi maupun sebagai tempat curhat bagi remaja.  Melalui chatbot, remaja dapat berkomunikasi tanpa merasa dihakimi maupun disalahkan. Jadi seolah-olah chatbot dapat menjadi teman curhat bagi remaja pada saat mereka membutuhkan.
Hasil temuan di Amerika Serikat sebanyak 72% remaja sudah pernah menggunakan layanan chatbot untuk berinteraksi dan berkomunikasi (CNA, 2025). Remaja merasakan lebih nyaman berkomunikasi dan berhubungan dengan chatbot AI sebab ia mendapatkan validasi atas segala curhat maupun pertanyaan yang disampaikan melalui chatbot AI tersebut. Akibatnya, remaja merasakan kenyamanan ketika melakukan komunikasi dengan chatbot AI. Sedangkan di Indonesia, sebanyak 90% remaja lebih senang curhat dengan menggunakan chatbot AI dibandingkan dengan teman atau orang lain (Smpantura, 2025). 

Dampak Positif dan Negatif Chatbot AI

 Dampak yang terjadi ketika remaja ketagihan dengan chatbot AI bukan hanya dampak positif saja, namun juga memberikan dampak negatif. Tidak selamanya hasil interaksi maupun komunikasi yang disampaikan oleh remaja bersama dengan chatbot AI akan memberikan dampak yang positif bagi remaja, bisa jadi yang didapatkan akan bisa menjerumuskannya. Padahal tren yang berkembang saat ini adalah kebanyakan remaja melakukan curhat melalui media chatbot AI. Padahal hasil penelitian yang dilakukan oleh Zang, Li, Zhang, Yin, Yang, Gao, dan Li (2025) ditemukan bahwa mahasiswa yang menggunakan chatbot AI menunjukkan tingkat depresi yang lebih tinggi dibandingkan non pengguna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dan ketergantungan terhadap chatbot AI berhubungan dengan tingkat depresi pada mahasiswa. Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Zimmerman, et al., Bragazzi, et al, van Der Hof, et al. (APA, 2025) ketika remaja memiliki keterikatan yang kuat dengan chatbot AI, ternyata dapat menyebabkan remaja mengalami kesulitan dalam menjalin interaksi sosial serta membangun hubungan emosional dengan orang lain, serta dapat menyebabkan kesulitan dalam menjalin serta mempertahankan hubungan di dunia nyata. 

Meskipun demikian, chatbot AI juga dapat memberikan dampak positif bagi remaja. Di antaranya dapat membantu remaja dalam pembelajaran, misalkan membantu dalam penguasaan bahasa asing, membantu dalam mencari sumber informasi maupun referensi, dan lain sebagainya. Selain itu, AI dapat memberikan kesempatan kepada remaja untuk menjadi ruang kreasi yang luas baginya diantaranya sebagai media menggambar, menulis, dan berkreasi apapun. 

Namun demikian, remaja tetap perlu mempertimbangkan faktor resiko yang lebih besar ketika dirinya ketagihan maupun ketergantungan dengan chatbot AI. Adapun resiko yang akan dialami oleh remaja, yaitu ada kemungkinan akan mengalami kesulitan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain yang berdampak pada keterampilan sosial yang rendah, merasa lebih percaya dan nyaman kepada chatbot AI dibandingkan pada orang lain, karena mendapatkan validasi yang mendukung pendapat atau idenya. Empati remaja menjadi rendah karena remaja lebih sering berinteraksi secara virtual dengan teknologi yang tidak memiliki emosi yang nyata. 

Pandangan Islam dalam Penggunaan Chatbot AI

Chatbot Ai memang dapat dijadikan sebagai bagian dalam kehidupan remaja, seolah-olah chatbot AI dapat digunakan sebagai teman ataupun sahabat dalam dunia maya. Namun demikian seorang muslim sejati perlu kiranya untuk tetap menjalin ikatan persaudaraan dengan manusia yang nyata bukan dunia virtual saja. Melalui jalinan dengan manusia yang nyata, sekiranya akan dapat meningkatkan keterampilan sosial pada remaja itu sendiri, diantaranya adalah kemampuan untuk meningkatkan empati, komunikasi, kolaborasi, kerjasama dan sebagainya. Sebagaimana dalam sebuah hadis Nabi sebagai berikut: 


“Perumpaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruhnya tubuhnya ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Disamping itu, chatbot AI dapat memberikan jawaban yang cepat dan dalam waktu yang singkat. Segala informasi akan dapat dengan mudah didapatkan melalui chatbot AI, namun belum tentu yang didapatkan akurat. Islam mengajarkan pada manusia untuk tetap mencari ilmu dari orang-orang yang dapat dipercaya, yaitu dari ulama, guru, maupun sumber yang terpercaya. Remaja boleh menggunakan chatbot AI untuk mendapatkan informasi awal, namun perlu untuk melakukan verifikasi dari sumber resmi yang terpercaya, misalkan dengan guru agar tidak salah informasi. Hal ini dikuatkan dengan hadis Nabi mengenai “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim” (HR. Ibnu Majah). 

Perlu juga mengklarifikasi setiap informasi yang didapatkan dari chatbot AI pada sumber-sumber yang terpercaya. Hal ini dilakukan agar tidak salah informasi, dan belum tentu curhat pada chatbot AI akan bisa mendapatkan informasi yang benar. Pada saat merasakan permasalahan psikologis, AI dapat sebagai alat bantu awal, namun perlu kiranya remaja perlu mencari tahu lebih dalam dari sumber terpercaya, misalkan dari profesional seperti psikolog maupun psikiater. Hal ini dikuatkan dari Al-Qur’an surat An-Nahl ayat 43: 

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَاسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَۙ ۝٤٣

Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad), melainkan laki-laki yang Kami beri wahyu kepadanya. Maka, bertanyalah kepada orang-orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui.”

Oleh karena itu, perlu kiranya remaja menyeimbangkan kehidupan dunia nyata dan dunia maya. Manusia sebagai makhluk sosial perlu kiranya mempertimbangkan untuk tetap berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, serta dapat melakukan curhat pada orang yang dapat dipercaya. Belum tentu curhat yang dilakukan pada chatbot AI akan dapat memberikan solusi yang tepat untuk dirinya, sebab chatbot AI adalah sebuah mesin yang tentu saja tidak mampu memberikan pertimbangan yang logis dan masuk akal bagi remaja. Perlu dipertimbangkan dampak positif dan negatifnya pada saat menggunakan chatbot AI dalam kehidupan sehari-hari. 

Referensi:

American Psychological Association. (2025, June 3). Health advisory: Artificial intelligence and adolescent well‑being. American Psychological Association. Retrieved August 14, 2025, from https://www.apa.org/topics/artificial-intelligence-machine-learning/health-advisory-ai-adolescent-well-being

CNA. (2025, August 13). Ketika AI sudah jadi ‘bestie’ anak dan remaja, waspadai bahayanya! Channel News Asia. Mediacorp. https://www.cna.id/lifestyle/bahayanya-ai-jadi-teman-anak-dan-remaja-perkembangan-sosial-bahasa-tubuh-kecemasan-35791

Smpantura. (2025, 6 Agustus). 90 Persen Remaja Lebih Nyaman Curhat ke Teman Hingga Asisten Virtual AI. SMPANTURA – Berita Terkini dan Terupdate Wilayah Pantura Jawa Tengah. Diakses dari https://www.smpantura.news/90-persen-remaja-lebih-nyaman-curhat-ke-teman-hingga-asisten-virtual-ai/ pantura.pikiran-rakyat.com+8smpantura.news+8smpantura.news+8

Zang, X.,  Li, Z.,  Zhang, M., Yin, M., Yang, Z., Gao, G., Li, H. (2025). Exploring artificial intelligence (AI) Chatbot usage behaviors and their association with mental health outcomes in Chinese university students. Journal of affective disorders, vol 380, 1 Juli 2025, page 394-400, https://doi.org/10.1016/j.jad.2025.03.141