Psikologi Kaji LGBT
Tidaklah benar jika ada yang mengatakan bahwa LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, Transjender) tidak bisa disembuhkan. Hal ini ditegaskan oleh Sarah Larasati Matovani, S.H., M.P.I saat menyampaikan materi kolokium bertema ‘LGBT Bisa Disembuhkan?’ yang diselenggarakan oleh Departemen Psikologi Klinis Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 14 Mei 2018 di R. Auditorium FPSB UII.
Dalam paparannya, aktivis Yayasan Peduli Sahabat yang didirikan oleh Agung Sugiarto atau akrab disapa Sinyo tersebut menuturkan bahwa perkembangan LGBT saat ini sudah menjadi LGBT plus-plus dengan istilah yang lebih banyak dan masalah yang lebih kompleks. Namun demikian, kotributor Majalah Tabligh Muhammadiyah ini juga menegakan bahwa pada stadium awal (sama sex attraction-SSA) penderita atau bisa dikatakan sebagai penikmat, masih memiliki peluang untuk kembali ke jalan yang benar (baca: sembuh). Hal ini didasarkan pada fakta banyakanya para SSA yang sudah kembali menjalani kehidupan normalnya setelah sebelumnya banyak berkonsultasi dengan Yayasan Peduli Sahabat
Lebih jauh sosok yang akrab disapa ‘kak Sarah’ ini banyak menceritakan testimoni-testimoni para penikmat LGBT-SSA yang sudah kembali ke jalan yang benar (normal).
Kolokium diakhiri dengan tanya jawab.