Mahasiswa Psikologi UII Raih Juara di Cipta Nusantara Fest 2025: Inovasi Aromaterapi untuk Solusi Kecemasan Mahasiswa
Mahasiswa Psikologi UII Raih Juara di Cipta Nusantara Fest 2025: Inovasi Aromaterapi untuk Solusi Kecemasan Mahasiswa
Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia (UII). Dua mahasiswa tingkat akhir, Afra Udkhi Aulia dan Ummu Khawlah Azzuhra Lakoda berhasil meraih Juara 2 Grup kategori Kesehatan dan iGzi, Best Idea, dan Favorite Poster dalam ajang Cipta Nusantara Fest (CNF) 2025 yang diselenggarakan oleh EduHub bekerja sama dengan Universitas Riau (Unri).
Kompetisi yang berlangsung pada 26–27 April 2025 yang diadakan oleh Eduhub dan Kampus Universitas Riau ini diikuti oleh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dengan tema besar: Innovate For Nusantara: Menciptakan Inovasi Berkelanjutan untuk Memperkuat Ekosistem Wilayah Guna Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Indonesia. Cipta Nusantara Fest membuka dua cabang lomba, yaitu Esai dan Business Plan, dengan berbagai subtema. Afra dan Khaula mengikuti cabang esai dengan subtema kesehatan dan gizi, yang mereka fokuskan pada isu kesehatan mental mahasiswa.
Dari ratusan tim yang mendaftar, CNF menyaring 300 tim menjadi 125 peserta yang berangkat ke Riau untuk mempresentasikan ide mereka langsung di hadapan dewan juri. Proses seleksi ini tidak hanya menilai esai, tetapi juga presentasi dan poster inovasi peserta.
Karya yang Afra dan Khawlah angkat berjudul “Aroma Tenang untuk Mahasiswa Gemilang: Solusi Cemas Mahasiswa Berbasis SDGs Nomor 3”. Mereka merancang aromatherapy pen, sebuah alat praktis berbentuk seperti bolpon yang berisi aromaterapi untuk membantu mahasiswa mengatasi kecemasan secara fleksibel dan mudah dibawa ke mana pun. Ide ini berangkat dari pengalaman pribadi mereka sebagai mahasiswa tingkat akhir yang menghadapi tekanan akademik dan skripsi.
“Daripada stres cuma jadi keluhan, mending dijadikan karya,” ujar Afra saat diwawancarai. Uniknya, mereka mengaku mengikuti lomba ini justru sebagai bentuk healing produktif. Alih-alih hanya beristirahat, mereka memilih untuk menuangkan keresahan menjadi solusi nyata. Ia juga berharap agar mahasiswa lain tidak ragu untuk mengikuti kompetisi serupa, sekalipun belum berhasil lolos seleksi program lomba seperti PKM. Menurutnya karya dari program seperti PKM tersebut tetap berpotensi untuk dapat dikembangkan dan dikompetsisikan lagi di ajang perlombaan lain.
Author : Muthia Nurhanifah Khairy