Hari Anak Nasional 2025 : Membangun Ruang Aman bagi Anak dari Dalam dan Luar Rumah

Peringatan hari anak setiap tahunnya menjadi bentuk pentingnya untuk memberikan ruang aman kepada anak-anak yang menjadi bakal dari calon penerus bangsa. Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (2025), Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan tema untuk Hari Anak Nasional (HAN) yaitu “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045.” Pemilihan tema tersebut mencerminkan tekad bangsa dalam menyiapkan generasi muda yang pintar, kuat, dan mampu bersaing guna menyongsong 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Namun, perlu diingat bahwasannya untuk mensukseskan tujuan tersebut, maka perlu pembentukan karakter bagi anak-anak sedari kini.

Pembentukan karakter dapat dimulai dengan memastikan keamanan dan kenyamanan anak-anak sedari dini sebagai bentuk perhatian dalam proses tumbuh kembangnya. Salah satu fokus yang dapat diperhatikan adalah melalui kenyamanan emosional anak. Berdasarkan data SIGA (2024) terdapat 4.838 anak telah mengalami kekerasan secara psikis. Hal tersebut menjadikan bukti bahwa masih terdapat banyak kasus kekerasan secara psikis yang dialami oleh anak-anak di Indonesia. Fani Eka Nurtjahjo, S. Psi., M. Psi., Psikolog selaku Kepala Pusat Kajian Anak dan Keluarga UII (PUSKAGA UII) menuturkan perlu adanya keamanan emosional sebagai ruang aman untuk mengekspresikan perasaan tanpa takut dihakimi atau disakiti. Ini penting sebagai dasar kesehatan mental dan perkembangan sosial anak.

Fani mengajak untuk mengetahui cara menciptakan keamanan emosional terutama pada anak. “Keamanan emosional anak sendiri dapat diambil dari dua perspektif yang berkaitan, yaitu mikro pada lingkungan terdekat anak seperti rumah, keluarga, dan sekolah serta meso dan makro yang berkaitan dengan sistem dari sebuah negara yang memberi kebijakan serta peraturan perlindungan”.

Dengan mendalami setiap peranan dan tugasnya, keamanan emosional dapat dibentuk melalui banyak pihak seperti misalnya di level keluarga, peran utama ada pada orang tua. Setiap keluarga pasti memiliki konflik internal, namun hal tersebut merupakan sebuah kesempatan untuk belajar mencari resolusi masalah. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk menyediakan ruang aman secara emosional, seperti mendengarkan anak, tidak memberi label negatif, tidak menghakimi, serta berani meminta maaf dan menghargai anak. Fani juga menjelaskan, bahwasannya apabila orang tua masih memiliki luka emosional dari masa lalu, maka hal tersebut tidak dapat dibebankan dengan diturunkan kepada anak. Orang tua harus belajar dan terus upgrade kemampuan mereka, dimana menurutnya dengan menjadi orang tua merupakan sebuah peran yang membutuhkan keterampilan. Sekolah juga memegang peranan penting untuk anak dengan menyediakan sistem dukungan yang responsif terhadap masalah siswa. Anak juga perlu lingkungan dewasa yang memberi contoh baik, karena anak belajar melalui modeling.

“Kalau tidak ada ruang aman secara emosional, anak akan kesulitan memahami dan mengekspresikan emosinya. Mereka tumbuh dengan beban psikologis, tidak tahu bagaimana menghadapi perasaan mereka. Jika ini tidak diselesaikan di masa kecil, akan terbawa hingga remaja dan dewasa, bahkan menjadi masalah berulang.” Jelas Fani mengenai dampak dari tidak terpenuhinya keamanan emosional anak sedari dini.

Sebagai bentuk harapan untuk Hari Anak Nasional 2025, Fani mengajak kita untuk merefleksikan diri dengan melihat masa anak-anak, sehingga kita dapat belajar dari pengalaman masa lalu, sebagai orang dewasa perlu terus belajar dan mengingat akan adanya hak-hak anak serta mengusahakan diri untuk dapat menjadi contoh baik yang dapat diandalkan. Selamat Hari Anak Nasional 2025

Author : Betania Rifaulamiri