Menjadi Presenter BICSS 2013, Bangkok, Thailand Mahasiswa Prodi Psikologi FPSB UII

{mosimage}Dua orang mahasiswa Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Rabi’atul Aprianti atau akrab disapa ‘Yanti’ dan Muhammad Fauzan Azima atau lebih akrab dipanggil ‘Ozan’ turut berpartisipasi pada BICSS (Bangkok International Conference on Social Science) 2013, yang diselenggarakan oleh Higher Education Forum bekerja sama dengan Assumption University, 26-27 Januari 2013 di hotel berbintang ‘Pullman King Power Hotel’ Bangkok, Thailand. Konferensi diikuti oleh para akademisi, praktisi, dan professional yang berasal dari negara-negara dari seluruh penjuru dunia seperti Australia, Kanada, China, India, Indonesia, Iran, Jepang, Malaysia, Filipina, Singpura, Korea Selatan, Thailand, Turki dan juga Amerika Serikat.

Dalam konferensi tersebut, Yanti mempresentasikan penelitian literaturnnya yang merupakan modifikasi dan revisi dari file PKM 2011 lalu berjudul “Big Five Personality and The Tendency of Corruption”. Yanti menemukan bahwa kepribadian (khususnya dengan landasan teori Big Five Personality dari McCrae & Costa) bisa jadi prediktor kecenderungan korupsi. Namun demikian, Yanti juga tidak memungkiri bahwa lingkungan juga sangat mempengaruhi terhadap kecenderungan korupsi.

Motivasi saya untuk ikut conference sebenarnya ingin sekali mencari pengalaman dan pengetahuan baru yang belum pernah saya rasakan. Sebelumnya saya pernah mengikuti international conference di dalam negeri yang diselenggarakan oleh Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sebagai peserta, dan Shanghai International Conference on Social Science (SICSS) 2012 sebagai presenter untuk pertama kalinya. Dari dua pengalaman itu saya mendapatkan hal-hal menarik, link, teman-teman dari negara lain, diskusi-diskusi keilmuan yang seru, dan tentunya pengalaman mengunjungi negara lain. Ini yang membuat saya “ketagihan” mengikuti conference. Saya mengajak adik angkatan yaitu Muhammad Fauzan Azima atau ‘Ozan untuk regenerasi dan berharap bisa membagi ketertarikan saya terhadap konferensi internasional. Disamping itu saya berharap pengalaman ini bisa membawa saya mendapatkan beasiswa S2 atau S3 di dalam maupun luar negeri”, ungkap Yanti.

Kepada teman-teman dan adik angkatannya Yanti berpesan agar mau mencoba mengikuti acara sejenis (National Conference yang juga biasanya ada di Indonesia) untuk menambah pengalaman berharga. Gadis kelahiran Samboja, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur itu juga berharap agar fakultas/universitas bisa memberi perhatian dan dukungan moril maupun materi ‘lebih’ untuk hal-hal yang bermanfaat, khususnya kepada mahasiswa.

Sosialisasikan Key-in KRS/RAS Online FPSB UII

{mosimage}Salah satu fasilitas atau layanan yang diberikan kepada stakeholder termasuk mahasiswa UII adalah UNISYS, yakni sebuah pintu gerbang untuk mengakses Sistem Informasi berbasis internet (online). Melalui UNISYS seorang mahasiswa bisa mengakses berbagai layanan informasi yang disediakan, seperti melihat kehadiran kuliah, pembayaran SPP, peminjaman buku perpustakaan, melihat nilai, dan masih banyak lagi termasuk yang sangat penting yakni pengisian KRS/RAS secara online.

Bagi mahasiswa lama, pengisian KRS/RAS tersebut mungkin tidak terlalu menjadi masalah. Namun bagi mahasiswa baru yang belum pernah melakukan pengisian KRS/RAS secara online tentu akan menjadi masalah tersendiri. Untuk mengantisipasi hal tersebut, pimpinan fakultas melalui Divisi Perkuliahan & Ujian dan juga Divisi Akademik & SIM secara khusus menggelar ‘Sosialisasi key-in RAS/KRS bagi mahasiswa baru FPSB UII’ pada hari Selasa, 5 Februari 2013.

Mengingat banyaknya mahasiswa baru FPSB UII, maka sosialiasasi dilakukan secara bergelombang dan terbagi dalam beberapa kelas. Materi disampaikan oleh kepala/staf Divisi Akademik & SIM dan juga kepala/staf staf Divisi Perkuliahan &Ujian. Semoga saja dengan sosialisasi tersebut bisa membantu mahasiswa FPSB UII dalam melakukan key-in KRS/RAS untuk semester Genap 2012-2013. Amiin.

Workshop “School of Empathy” di selenggarakan prodi Psikologi FPSB UII

{mosimage}Dasar dari empati adalah merasakan, memikirkan apa yang dirasakan dan dipikirkan orang lain. Jadi untuk bisa ber’empati’dengan sesama, maka harus ada koneksi perasaan yang mampu merasakan orang lain. Empati adalah hubungan, komunikasi dan kelekatan. Empati juga terkait dengan kontak tubuh. Dan dasar dari semuanya adalah cinta. Ini adalah hal yang penting untuk mengembangkan empati”, Demikian ungkap Prof. Dr. Marcus Stueck kepada para peserta Workshop School of Empathy yang dihelat oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia selama 2 hari, Rabu-Kamis, 2-3 Januari 2013. Ini merupakan workshop kedua yang sebelumnya pernah diselenggarakan pada bulan Maret 2012.

Kegiatan yang diselenggarakan di Gedung Mohammad Hatta tersebut diikuti oleh sekitar 25 peserta yang berasal dari berbagai daerah. School of empathy sendiri merupakan sebuah metode/ teknik pembelajaran yang terdiri dari 2 metode, yakni melalui bahasa komunikasi-verbal dan badan-nonverbal (dance of life). Dipilihnya dance/gerak tari sebagai salah satu media pembelajaran empati karena dance tersebut bisa membawa perasaan dan ekspresi seseorang ke dalam tarian. Pengalaman inilah yang terbukti mampu mempengaruhi perilaku seseorang sejalan dengan adanya proses biokimia yang terjadi di otak saat melakukan dance/dansa tersebut.

“Itulah mengapa biodansa penting karena dengan dansa tersebut dapat membangun empati. Dengan dansa kita bisa menyeimbangkan antara pengatahuan dan perasaan, sedangkan bila hanya membaca kita hanya bisa mendapatkan pengetahuan saja. Dan program ini bisa diikuti dan dimengerti oleh siapa saja tanpa membedakan ‘kondisi’ seseorang. Bahkan tuna rungu pun bisa dilatih intuisinya/feelingnya dengan dansa”, tambah Prof. Stueck.

Dalam praktiknya, peserta diminta melakukan gerakan-gerakan/tarian tertentu yang disesuaikan dengan irama dansa yang diperdengarkan. Musik yang diputar sebagai pengiring tarianpun sangat bervariasi, mulai dari tempo cepat (untuk melepaskan ekspresi/emosi), tempo sedang (untuk bisa merasakan kondisi sekitar) dan tempo lambat/lembut (untuk relaksasi).

“Tadinya saya kurang mengerti dan memahami apa itu sebenarnya ‘empati’. Tapi setelah mengikuti pelatihan ini saya sekarang bisa lebih mengerti/tahu dan merasakan langsung tentang apa itu empati”, ungkap salah seorang peserta di akhir sesi, Rudy Yuniawati.

INFORMASI PENTING….

Assalamu’alaikum wr.wb

Pengumuman ditujukan mahasiswa prodi Psikologi Angkatan 2012

Berhubung besok hari Sabtu, 29 Desember 2012 pkl. 09.00 WIB

diadakan bimbingan DPA bersamaan dengan acara pertemuan wali mahasiswa angkatan 2012.

Maka diWAJIBkan hadir dan mohon diinformasikan kepada teman-teman angkatan  2012 yang lain.

Demikian pengumuman ini kami sampaikan. terimakasih

Wassalamu’alaikum wr.wb.

 

Prodi Psikologi

 

Kolokium Layanan Psikolog di Puskesmas Prodi Psikologi FPSB UII

{mosimage}Keberadaan layanan jasa Psikolog di setiap Puskesmas memang sudah menjadi suatu keharusan di jaman sekarang. Problematika hidup yang semakin komplek jelas menjadi salah satu pemicu banyaknya kasus gangguang kejiwaan di kalangan masyarakat, utamanya di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah yang hanya mampu mengakses layanan kesehatan setingkat Puskesmas. Kompleksitas permasalahan kejiwaan di lapangan (baca : puskesmas) jelas membutuhkan pendekatan khusus untuk menyelesaikannya.

 Oleh karena, guna memberikan sedikit gambaran mengenai program layanan Psikolog di Puskesmas, secara khusus Departemen Psikologi Klinis Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia menyelenggarakan kolokium bertema “Program Pelayanan Psikolog di Puskesmas”, Kamis, 6 Desember 2012 dengan menghadirkan salah satu Psikolog Puskesmas Gamping 1 Sleman, Amalia Rahmadani, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Menurut Amalia Rahmadani, tugas seorang psikolog puskesmas secara garis besar (di dalam dan di luar gedung) adalah melakukan kegiatan/program promotif dan preventif, program kuratif serta program rehabilitatif. Untuk progam promotif dan preventif bisa dilakukan dalam bentuk penyuluhan di sekolah-sekolah, di masyarakat (karang taruna, PKK, posyandu, dll), lintas sektoral, pelatihan kader, serta skrining kesehatan jiwa (sekolah dan kader). Sedangkan tugas kuratif bisa berupa konseling dan psikoterapi baik di dalam maupun di luar Puskesmas (sekolah atau posyandu), seperti: kegiatan asesmen, penegakan diagnosis, perkiraan prognosis, konseling psikoterapi individu, keluarga, maupun kelompok. Bisa juga dilakukan melalui tes psikologi (tes masuk sekolah, tes bakat-minat, tes potensi karir, tes utk siswa ABK). Untuk program rhabilitatifnya bisa dilakukan dengan cara memberikan pendampingan pasien, melakukan monitoring dan evaluasi, merencanakan tindak lanjut/rekomendasi/rujukan, melakukan kunjungan ke rumah pasien, mengadakan family gathering, konseling kelompok, FGD maupun koordinasi lintas sektoral.

Selain itu, Psikolog Puskesmas juga melayani program paket konseling & deteksi risiko masalah psikososial, seperti pemeriksaan calon pengantin, pemeriksaan calon jamaah haji, deteksi tumbuh kembang balita, maupun pemeriksaan psikologis untuk keterangan sehat. Sepintas Amalia juga menyampaikan mengenai penanganan tematik, seperti tumbuh kembang anak, ibu hamil, kesehatan reproduksi remaja & infeksi menular seksual, napza: berhenti merokok, kekerasan dalam rumah tangga, korban bencana, penderita HIV/AIDS, keluarga dengan gangguan jiwa, serta difabel.

Amalia menambahkan bahwa seorang Psikolog Puskesmas harus bisa melakukan pendekatan yang terbaik kepada pasien. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan yang sesuai dengan persepsi pasien itu sendiri. Ini terkait dengan masih adanya masyarakat yang enggan dianggap mengalami ‘gangguan jiwa’ ataupun dianggap ‘stres’.

Selain tugas pokok seorang Psikolog Puskesmas juga memiliki tugas penunjang, seperti pembuatan media promosi (leaflet, mading, materi penyuluhan/ pelatihan, modul pelatihan), melakukan siaran radio, melakukan tes inteligensi dan tes kepribadian, menjadi saksi ahli, mau memperkaya keilmuan melalui seminar, pelatihan, lokakarya, workshop, dan lain-lain. Sedangkan tugas tambahannya adalah melakukan dan melaporkan survey kepuasan pelanggan internal serta melakukan pembinaan SDM karyawan Puskesmas.

Secara administratif, psikolog puskesmas juga diminta membuat laporan hasil pemeriksaan psikologis, membuat register konseling individu, keluarga, kelompok, membuat laporan kegiatan promosi kesehatan (penyuluhan, skrining, pelatihan) dan mampu mengelola Sistem Informasi Kesehatan Mental- Online (SIKM – Online), mengelola data konseling individu, data absensi, data promosi kesehatan serta laporan kunjungan

Kepada para peserta kolokium Amalia berpesan untuk sering berlatih melakukan intervensi dengan memanfaatkan teman dekat sebagai subjeknya, seperti mendengarkan curhatan misalnya. Dengan semakin banyaknya latihan yang dilakukan, Amalia berkeyakinan bahwa suatu saat sangat membantu peserta kolokium dalam melakukan intervensi psikologi yang tepat saat peserta sudah menjadi seorang psikolog atau bahkan bertugas sebagai psikolog di sebuah puskesmas.

Hepi Wahyuningsih Dosen Prodi Psikologi Lulus Gelar Doktor di UGM

”Perkawinan yang berkualitas tinggi adalah perkawinan yang terus berkembang karena mengejar tujuan pokok dan tujuan bersama. Kualitas perkawinan yang tinggi dapat dicapai dengan kebajikan/virtue, dimana faktor religiusitas dalam model psikologis kualitas perkawinan menjadi master of virtue yang mampu mengintegrasikan virtue yang lain (komitmen perkawinan dan pengorbanan) untuk mengejar kualitas perkawinan yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa faktor kualitas perkawinan yang utama adalah religiusitas”. Demikian ungkap Doktor baru Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Hepi Wahyuningsih yang telah berhasil mempertahankan desertasinya "Model Psikologis Kualitas Perkawinan Pasangan Suami Istri" saat menempuh ujian terbuka Program Doktor Ilmu Psikologi UGM, Kamis (11/10) di Auditorium Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Masih menurut Bu Hepi (panggilan akrab Dr. Hepi Wahyuningsih, S.Psi., M.Si) bahwa berfungsinya sebuah perkawinan dapat dilihat dari dua hal, yaitu kualitas perkawinan dan kestabilan perkawinan. Kualitas perkawinan adalah evaluasi subjektif suami atau istri terhadap hubungan perkawinan yang berupa sebuah kontinum yang merefleksikan bermacam-macam karakteristik perkawinan. Stabilitas perkawinan menggambarkan kondisi dari sebuah perkawinan (terjadi perpisahan, perceraian, desersi, atau pembatalan). Dalam studi keluarga, kualitas perkawinan mendapatkan perhatian yang besar dari para peneliti karena berpengaruh positif terhadap kesejahteraan psikologis, kesehatan fisik individu yang menikah, dan berkorelasi positif dengan tingginya kemampuan anak dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya.

“Kualitas perkawinan juga ditemukan berkorelasi negatif dengan problem perilaku anak dan problem emosional anak. Selain itu, hasil analisis pada kelompok suami menunjukkan religiusitas suami memiliki efek langsung dan tidak langsung terhadap kualitas perkawinan suami. Secara lebih jelas dapat dikatakan bahwa efek religiusitas suami terhadap kualitas perkawinan suami secara parsial dimediasi oleh komitmen perkawinan suami dan pengorbanan suami. Besar sumbangan efektif religiusitas, komitmen perkawinan, dan pengorbanan terhadap kualitas perkawinan sebesar 76%. Efek religiusitas istri terhadap kualitas perkawinan istri secara parsial hanya dimediasi oleh komitmen perkawinan istri. Pada kelompok istri, besar sumbangan efektif religiusitas, komitmen perkawinan, dan pengorbanan terhadap kualitas perkawinan sebesar 64%”, paparnya.

Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa kualitas perkawinan seseorang tidak banyak dipengaruhi oleh faktor dari pasangannya, tetapi banyak dipengaruhi oleh faktor dari diri sendiri. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas perkawinan, seseorang tidak boleh menuntut pasangannya. Suami tidak boleh menuntut istrinya agar lebih religius, lebih berkomitmen, maupun agar lebih berkorban karena yang lebih mempengaruhi kualitas perkawinan dirinya adalah tingkat religiusitas, komitmen perkawinan, dan pengorbanan dirinya sendiri. Demikian halnya istri, istri tidak boleh menuntut suaminya agar lebih religius, lebih berkomitmen, maupun lebih berkorban karena yang lebih mempengaruhi kualitas perkawinan dirinya adalah tingkat religiusitas dan komitmen dirinya sendiri. Adanya nonindependence yang ditemukan dalam penelitian tersebut menunjukkan ketika suami/istri berusaha meningkatkan komitmen perkawinan dan pengorbanannya secara otomatis juga akan meningkatkan komitmen perkawinan dan pengorbanan pasangannya sehingga tidak hanya akan meningkatkan kualitas perkawinannya, tetapi juga secara tidak langsung akan membantu pasanganya dalam meraih kualitas perkawinan yang tinggi.

Temuan menarik yang lain, ternyata religiusitas istri selain berpengaruh pada kualitas perkawinan istri, religiusitas istri juga berpengaruh secara tidak langsung terhadap kualitas perkawinan suami melalui komitmen istri yang berpengaruh terhadap pengorbanan suami. Religiusitas suami berpengaruh negatif terhadap pengorbanan istri. “Temuan menarik ini menunjukkan pentingnya seorang calon istri maupun calon suami untuk memperhatikan tingkat religiusitas istri/suami dalam memilih pasangan. Sehingga penelitian ini juga dapat dijadikan sumber rujukan bagi muslim yang akan menikah dimana kriteria pemilihan pasangan seperti yang telah dituntunkan dalam agama Islam, yaitu memilih pasangan berdasarkan kesamaan agama”, imbuhnya. Kesamaan agama akan membawa pada kesamaan pandangan mengenai perkawinan sehingga baik langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh pada tingginya kualitas perkawinan.

H. Fuad Nashori Lulus Doktor Tercepat Universitas Padjajaran (UNPAD)

"Alhamdulillah, berkat kemurahan dari Allah swt saya dapat selesaikan studi program doctor dalam tempo dua tahun satu bulan. Berdasar keterangan bagian akademik pascasarjana Unpad, ini adalah kelulusan tercepat program doktor Unpad,” demikian disampaikan Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si., Psikolog, kepada UII News. Selain tercepat, hasil studi mantan Dekan FPSB UII Periode 2006-2010 yang sangat ramah dan murah senyum tersebut juga sangat memuaskan dengan IPK 3.78. Disertasinya yang berjudul “Pemaafan pada Etnis Jawa (Studi Kasus pada Warga Kota Yogyakarta)” berhasil memperoleh nilai A pada ujian terbuka yang diselenggarakan tanggal 8 Oktober 2012.

Program yang dikuti dosen prodi psikologi UII ini adalah Program Penugasan dan Disertasi. Di semester pertama ada penyegaran tiga matakuliah, yaitu filsafat, metode, dan teknik analisis statistik. Pada semester kedua ada penugasan-penugasan yang intinya adalah menyiapkan segala sesuatunya sehingga proposal siap. Mulai tahun kedua ada seminar usulan penelitian. Setelah itu ambil data, analisis data, seminar hasil, ujian tertutup, dan ujian terbuka.

Kepada UIINews, sosok yang sangat dikenal aktif dalam menulis artikel maupun buku tersebut membagi kunci kecepatan masa studinya. “Fokus dan prihatin,” ungkap dosen psikologi sosial ini dengan lugas. “Saya jadikan disertasi sebagai agenda utama hidup saya. Sambil studi di bandung, saya masih aktif mengajar dan membimbing skripsi mahasiswa S1 dan tesis S2 Psikologi UII. Namun, prioritas saya tetap studi. Yang lain-lain sengaja saya poisisikan sebagai sekunder”, tambahnya.

Diceritakan oleh dosen yang sangat akrab dengan mahasiswa ini bahwa sepanjang 2 tahun masa studinya, hampir tiap minggu ia pulang pergi Yogya-Bandung, berangkat malam dan pulang menjelang shubuh. Setiap ada perkembangan ia laporkan kepada para promotor disertasinya. Sebuah perjuangan yang luar biasa. Bahkan pria asal Mojokerto ini sering masuk angin dan sakit perut. Namun demikian, proses melaporkan yang mendapat umpan balik dan segera menindaklanjuti saran promotornya menjadikan semuanya dapat berjalan lancar.

Selama sekolah, ayah lima anak ini memilih hidup prihatin. Ia lebih memilih untuk fokus studi daripada menerima permintaan berceramah atau aktivitas lain yang menjanjikan uang. Ketika ada kekurangan uang, ia putuskan pinjam saja. “Godaan utama orang yang studi adalah proyek, baik menulis di media massa maupun ceramah. Saya sangat sering menolak ceramah dari sejumlah pihak, karena kekhawatiran mengganggu fokus saya”, tuturnya.

Selain fokus, faktor promotor adalah faktor yang penting. Pak Fuad menceritakan bahwa promotor-promotornya sangat baik dalam memberi pelayanan. Hampir setiap akhir pekan mereka menyediakan waktunya untuk membimbing Pak Fuad secara bersama-sama. “Kami juga akrab. Saya sudah mengunjungi rumah semua pembimbing saya dan tidur di sana. Saya bersedia menginap karena diminta.

Kalau mereka ke Yogya, saya selalu menemui mereka dan mendapat bimbingan”, imbuh Pak Fuad.

Diceritakan pula bahwa Pak Fuad sudah akrab dengan ketiga promotrnya jauh sebelum studi lanjut pada Program Doktor Ilmu Psikologi Unpad. Salah seorang ko-promotor, Prof Kusdwiratri Setiono, sudah ia kenal sejak mahasiswa S1. Bahkan, orangnya hadir dalam pernikahan Pak Fuad tahun 1997. Ketua Promotor, Prof Zulrizka Iskandar, sudah dikenalnya sejak tahun 2002 saat Pak Fuad mengisi seminar psikologi Islami di Unpad dan beliau membuka acaranya. Prof Zul dan Pak Fuad juga sering bertemu saat mereka menjadi dekan di fakultasnya masing-masing. Promotor ketiga adalah teman sesama pembantu dekan urusan kemahasiswaan dan alumni. DR Gimmy Prathama dan Pak Fuad sudah sering bertemu. “Semua itu menjadi faktor yang memudahkan. Namun demikian, saya juga harus katakan bahwa setiap tahapan penyelesaian ada jumpalitannya. Semua tahap ada kesulitannya. Kesehatan yang tiba-tiba menurun, pengambil data yang lamban, dan sebagainya. Hal utama yang saya harapkan dan akhirnya saya peroleh adalah kepercayaan dari mereka.,” pungkasnya.

 

Jadwal Kuliah Semester Ganjil TA 2012-2013 FPSB UII

Jadwal Kuliah Semester Ganjil TA 2012-2013 FPSB UII revisi-2 per 27 Agustus 2012

Klik..

http://www.fpscs.uii.ac.id/download/category/15-kuliah

Arief Fahmie Raih Doktor “Cumlaude” dari TU Chemnitz, German Dosen Psikologi FPSB UII

Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia mendapat tambahan ‘doktor baru’ lulusan Technische Universitas Chemnitz, German, Dr.rer.nat. Arief Fahmie, S.Psi., MA., Psikolog. Pak Arief (panggilan akrab Dr.rer.nat. Arief Fahmi, S.Psi.,MA., Psikolog) yang mengambil jurusan ‘Cognitive and Engineering Psychology’ berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “Relationships among Uncertainty Avoidance, Individualism-Collectivism, and Usability of Personal Management Information   as Perceived by German and Indonesian Users” dihadapan dewan penguji yang terdiri dari

Prof. Dr. Josef F . Krems dari Fakultas fur Human-und Sozialwissenschaften, Institut fur Psychologie, Professur Allgemeine und Arbeitspsychologie dan Prof. Dr. Hede Helfrich-Holter dari Dongbei University of Finance and Economics School of International Business, Jainshan Street 217, Shahekou District, 116025 Dalian pada 27 Juni 2012. Atas keberhasilannya dalam mempertahankan disertasi tersebut dewan penguji sepakat memberikannya nilai ‘cumlaude’.

 

Pak Arief sendirinya sebelumnya telah menyelesaikan studi S2 dari Bolton University (Inggris) tahun 2006 yang kemudian memperoleh beasiswa DAAD (Deutscher Academischer Austausch Dienst) atau Dinas Pertukaran Akademis German pada tahun 2007 untuk studi lanjut S3 ke German.

“Saya berharap untuk dapat mengembangkan Research Center for Psychological Capital Management dengan menitikberatkan pada manajemen data psychological capital berbasis IT dan proses adopsi teknologinya, pengukuran dan pengembangan psychological capital dalam ranah kontemporer, misalnya forensic psychology, dan korelasi dengan human capital yang lain (financial, social, spiritual, physical). Beberapa aplikasi yang akan dikembangkan misalnya Personal Development Plan System dan SAP HR”, ungkap dosen yang ramah dan murah senyum tersebut.

Selamat datang Pak Arief. Semoga harapan tersebut dapat terwujud dengan ijin dari ridho Allah SWT sehingga memberikan manfaat bagi perkembangan dunia akademis di tanah air. Amiin.

RAKORJA FPSB UII

“Program kerja yang nantinya akan dirancang sebaiknya adalah yang realistis, meskipun untuk mewujudkannya diperlukan sebuah kerja keras. Dan apa yang disusun nantinya tetap harus bersumber dari Renstra maupun RIP fak/universitas. Apa yang disusun harus jadi amanah untuk dilaksanakan ”. Demikian beberapa pesan Rektor Universitas Islam Indonesia, Prof. Dr. Edy Suandi Hamid, M.Ec sesaat sebelum membuka secara resmi agenda Rapat Koordinasi Kerja (Rakorja) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang dilaksanakan pada hari Kamis, 26 Juli 2012 di Auditorium Fakultas Kedokteran UII.

Rektor juga berharap agar FPSB UII nantinya bisa mencetak pemimpin-pemimpin yang mampu membawa kebaikan bagi negara khususnya dan seluruh alam pada umumnya. Rektor mencontohkan dengan kasus penolakannya terhadap kebijakan salah satu menteri negara terkait dengan kewajiban bagi mahasiswa untuk menulis karya ilmiah di jurnal nasional atau portal tertentu sebagai salah satu syarat kelulusan. “Sebagai ilmuwan kita boleh berfikir sampai ke bulan. Tapi sebagai pimpinan kita harus lebih bijak saat membuat sebuah keputusan”, ungkapnya. Syukurnya, sampai saat ini pemimpin negara yang dicetak oleh UII dalam kondisi bagus.

Sedangkan Dekan FPSB UII, Sus Budiharto, S.psi., M.Si. Psikolog dalam sambutannya mengingatkan PR besar yang sudah menunggu terkait dengan peningkatkan status (akreditasi) prodi, baik Prodi Psikologi, Prodi Ilmu Komunikasi serta penyelesaian pengurusan ijin pendirian Prodi Pendidikan Bahasa Inggris dan Prodi Hubungan Internasional. Pak Sus juga mengingatkan kepada seluruh prodi yang ada untuk sesegera mungkin mewujudkan joint degree dengan PT dari negara lain. Selain itu, masing-masing prodi-pun diminta oleh Pak Sus untuk tetap care/peduli terhadap warga Merapi dengan terus memberikan pendampingan.

Usai sambutan, masing-masing prodi dan juga pimpinan (dekanat) mempresentasikan Rencana Kerja untuk kemudian dikoreksi dan diberi masukan oleh peserta lainnya. Dari program-program yang disampaikan, program upaya peningkatan status akreditasi prodi maupun juga joint degree mendapat porsi yang cukup besar.