Dalam rangka ‘go internasional’, Program Studi Psikologi dan Program Magister Psikologi Profesi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia mengirimkan staf pengajar dan juga mahasiswanya ke negeri tirai bambu, Cina pada 18 hingga 31 Juli 2013 lalu. Kunjungan tersebut merupakan tindak lanjut dari program kerjasama yang telah ditandatangani pada bulan Oktober 2012 lalu oleh Faculty of Psychology and Sosio-cultural Sciences Universitas Islam Indonesia dengan School of Psychology and Behavioral Sciences, Zhejiang University.
Lakukan Riset Bersama.
Dalam kunjungan perdana tersebut, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia mengirimkan 3 orang dosen dan 3 orang mahasiswa guna melakukan beberapa kegiatan seperti yang telah disepakati dalam MoU, utamanya untuk melakukan penelitian dan pengembangan akademik. Ketiga dosen dan mahasiswa yang dimaksudk adalah H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si (dekan/dosen), Psikolog, RA. Retno Kumolohadi, S.Psi., M.Si., Psikolog (dosen), Uly Gusniarti, S.Psi., M.Si (dosen), Nur Farida Arfiani, S.Psi (Mhs. S2 penerima Beasiswa Unggulan BPKLN), Siti Hajar Istiqomah, S.Psi (Mhs. S2 penerima Beasiswa BPKLN) dan Wara Anggana (Mhs. S1).
Dalam kolaborasi penelitian bertajuk “Quality of Life in Multicultural Perspectives” tersebut ada beberapa penelitian yang diusung oleh FPSB UII , seperti Moral Leadership, Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru, Kualitas Kehidupan & Stres Kerja serta Nilai-nilai (Islam) dalam Bekerja. Selama beberapa hari, rombongan melakukan observasi dan wawancara dengan masyarakat Cina sebagai subjek penelitian. Di bulan November 2013 nanti direncanakan observasi dan wawancara juga akan dilakukan di daerah Surabaya bekerjasama Universitas Surabaya.
Dekan FPSB Sampaikan 'Moral Leadership'
Sebelum mendiskusikan dan melakukan serangkaian proses penelitian, Dekan FPSB UII, H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog secara khusus diminta untuk menjadi keynote speaker dalam sebuah seminar yang diselenggarakan pada 19 Juli 2013 di Zhejiang, Hangzhou . Dalam kesempatan tersebut, Pak Sus (panggilan akrab Sus Budiharto) menyampaikan atau memperkenalkan tentang kepemimpinan kenabian (prophetic leadership) dan juga tentang pengembangan ‘Moral Leadership’ berdasarkan pada budaya atau nilai-nilai Islam yang ada di masyarakat Indonesia.
Pak Sus mengambil Gubernur DKI Jakarta, Bapak Jokowi sebagai contoh salah satu tokoh yang sudah mengimplementasikan nilai-nilai Islam dalam kepemimpinannya (baca: kepemimpinan kenabian), seperti memiliki sifat sidik (jujur), amanah (untuk menyelesaikan permasalahan di Jakarta), tabligh (menyampaikan sesuatu dengan sangat baik=tidak membuat orang yang mendengar marah, transparan) serta fathonah (cerdas mencari solusi dalam memecahkan permasalahan yang menjadi tanggung jawabnya). Pak Sus juga mengambil beberapa contoh tokoh negara yang berasal dari Universitas Islam Indonesia yang juga menerapkan ‘prophetic leadership’ dalam kepemimpinannya, seperti Moh. Mahfud MD (Mantan ketua Mahkamah Konstitusi), Busyro Muqoddas (Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Pemilu), Ifdhal Kasim (Mantan Ketua Komisi Nasional Hak Asasi Manusia), Halim Alamsyah (Deputi Gubernur Bank Indonesia), dan juga Pak Ridwan Mukti (Bupati Musi Rawas).
Pak Sus juga menjelaskan bahwa moral kepemimpinan seseorang sebenarnya sudah dipengaruhi sejak pra-embrionik/pra-marital (sebelum orangtuanya menikah atau saat orangtuanya memilih calon pasangan). Ada baiknya dalam memilih calon pasangan hidup lebih dititikberatkan pada ketaatan/keimanan calon pada Allah SWT dan bukan karena faktor lainnya (harta, paras). Proses selanjutnya adalah saat melakukan ‘ibadah’ antara suami isteri yang hendaknya selalu ingat dan memohon kepada Allah agar kelak calon anak bisa tumbuh menjadi sosok pemimpin yang berakhlak mulia. Proses ini dilanjutkan dengan pola asuh jabang bayi saat masih dalam kandungan, pengasuhan setelah lahir, pendidikan, aktivitas masa remaja dan seterusnya.
Menurutnya jika kepemimpinan saat ini kualitasnya tidak lebih baik (baca: dari kepemimpinan jaman dulu), bisa jadi merupakan akibat atau pengaruh para orangtua terdahulu. Hal tersebut dapat diatasi dengan melakukan ‘tobat’ yang bertujuan untu kembali menyucikan diri (menuju fitrah).
FPSB Gandeng 1 Universitas Lagi dari Negeri Cina
Ternyata selain melakukan penelitian bersama, Dekan FPSB UII juga menandatangani kerjasama baru dengan Zhejiang University (Hangzhou), Zhejiang University of Technology (Hangzhou), dan Universitas Surabaya. Program kerjasamanya diberi label Cross Cultural Research Collaboration Exchange Program atau disingkat dengan CRCEP yang berisi kerjasama dalam pengembangan riset bersama, kerjasamanya dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa, dual degree, dan meningkatkan keterlibatan mahasiswa dan dosen dalam program pertukaran kebudayaan.
Juli 2013 lalu merupakan bagian pertama dalam proses pelaksanaan kerjasama. Sedangkan bagian keduanya akan dilakukan pada bulan November 2013 di Surabaya dan Yogyakarta. Kita semua tentu berharap agar kerjasama yang dirintis mampu memberi banyak manfaat bagi sesama.