Kuliah Umum Prodi Psikologi tema “Menjadi Pribadi Pembelajar” Mahasiswa Baru Angkatan 2013

‘Kesiapan Anda untuk menjadi seorang pembelajar itu menjadi taruhan kesuksesan Anda dalam meraiah masa depan’. Demikian pernyataan pembuka yang disampaikan oleh Drs. Sumaryono, M.Si (Kandidat Doktor) saat memberikan materi kuliah umum bertema “Meraih Sukses di Perguruan Tinggi” yang dihelat oleh Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Senin, 7 Oktober 2013. Dekan FPSB UII, H. Sus Budiharto, S.Psi., M.Si., Psikolog hadir secara langsung untuk membuka acara di Auditorium FPSB UII tersebut.

Pak Maryono (panggilan akrab Sumaryono) mengawali materi dengan penegasan bahwa belajar atau mempelajari ilmu Psikologi merupakan sesuatu yang sangat menyenangkan. Hal tersebut terkait dengan potensi seseorang yang mempelajari ilmu Psikologi dalam memberi kebahagiaan atau mengantarkan kesuksesan orang lain (disamping menghantarkan kesuksesan untuk dirinya sendiri ) serta memiliki kesempatan mempelajari perilaku orang lain beserta permasalahan yang menyertainya tanpa harus memberikan vonis terhadap perilaku tersebut.

Selain memberikan materi, Pak Maryono juga menayangkan beberapa video inspiratif seperti video tentang kepedulian seorang pejalan kaki terhadap seorang pengemis buta hingga pengemis tersebut mendapat penghasilan yang lebih banyak, video perjalanan seorang bocah cilik yang sanggup menyanyikan lagu penyanyi terkenal (Celine Dion) sekaligus membawa dirinya bertemu penyanyi pujaannya tersebut, dan sebuah video tayangan program televisi (Kick Andy) yang mengupas perjalanan seorang anak dari keluarga ‘tidak mampu’ asal Malang hingga sukses berkarir di New York.

Dari tayangan beberapa video tersebut, Pak Maryono menegaskan kepada para peserta bahwa untuk meraih atau mencapai tujuan (baca: cita-cita) hendaknya seseorang itu haruslah fokus, didahului dengan menetapkan cita-cita tersebut dalam alam bawah sadar dan mau bergerak (baca: usaha dan doa). Pak Maryono juga menegaskan bahwa di alam ini tidak ada proses yang terjadi karena kebetulan. Proses tersebut merupakan proses yang diijinkan oleh Allah SWT atas usaha yang dilakukan seseorang.

“Kalau saya jadi pemateri seperti ini, yang saya perhatikan adalah bahwa hari ini saya ingin belajar dari Anda. Yang kedua saya ingin belajar dengan bahagia. Kalau saya bahagia, maka saya akan menyebarkan kebahagiaan dengan orang lain. Kalau saya belajar bahagia, saya akan menyebarkan kebahagiaan belajar kepada orang lain. Itu sunatullah. Jadi kalau ada dosen yang mengajar dengan tidak bahagia, maka ingatkanlah dosen tersebut agar mengajar dengan bahagia. Anda juga harus mengembangkan sikap berpikir positif. Ketika Anda mendapatkan masalah dengan dosen (misalnya), Anda harus tetap berpikir positif. Lakukan proses dengan benar dalam rangka turut membahagiakan orangtua Anda ”, pesannya.

Terkait dengan kehidupan baru sebagai mahasiswa, Pak Maryono berpesan agar para mahasiswa pandai melihat atau aktif bergabung dalam aktivitas-aktivitas kemahasiswaan (baca: lembaga mahasiswa, kegiatan kemahasiswaan, dll) sebagai sarana penunjang untuk meraih cita-cita.

Kolokium Prodi Psikologi tema “Aplikasi Psikologi dalam Militer” FPSB

Meski tak begitu terlihat, namun sejatinya peran disiplin ilmu Psikologi dalam Militer sangatlah besar. Oleh karena itu, untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang aplikasi Psikologi dalam dunia ketentaraan ataupun militer, Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia secara khusus menggelar kolokium bertema ‘Aplikasi Psikologi dalam Militer’, Kamis, 26 September 2013. Hadir sebagai pembicara adalah dua orang alumni Prodi Psikologi FPSB UII, Kapten Heri Susilo,S.Psi dan Kapten Ariyanto N.I, S.Psi, dari kesatuan TNI Angkatan Udara (AU). Selain kedua kapten TNI AU tersebut, Asep Muharram, S.Psi (juga seorang alumni Prodi Psikologi FPSB UII) yang saat ini berkarir di Kepolisian RI turut memberikan gambaran aplikasi Psikologi di dunia Kepolisian. Dr. H. Fuad Nashori tampil sebagai moderator.

Menurut Ariyanto maupun Heri Susilo, peran Psikologi dalam tugas operasi militer cukup banyak, diantaranya adalah melaksanakan propaganda melalui media radio dan pamflet/baliho/poster, memberikan pelatihan psikologi, memebrikan konseling dan penjurusan sekolah, memberikan konseling untuk personil, memberikan pelatihan untuk polisi syari’ah, memberikan motivasi kepada mahasiswa, memantau kondisi moril prajurit, untuk penelitian dan juga untuk memberikan saran staf dengan kegiatan dan hasil Lit. Psi.

Beberapa contoh aplikasi psikologi dalam tugas yang lebih detil diantaranya adalah dalam tugas inteligensi, Ops/Dik, dan juga Komando Utama (Kotama). Dalam tugas Intelegensi Psikologi bisa mengambil peran dalam proses interogasi (tawanan-GPK), pengumpulan keterangan (pulket), analisa pulket, analisa terhadap perkembangan pemberitaan dan lain sebagainya. Sedangkan peran di Lanud Ops/Dik diantaranya adalah untuk mendukung kegiatan penerbangan (briefing), konseling bagi siswa SekBang, menyampaikan atau mengajar tentang motivasi dan budaya safety, membudayakan keselamatan penerbangan, memonitor kondisi moril anggota maupun siswa sekbang, maupun untuk menangani anggota baru. Untuk Komando Utama (Kotama) lagi-lagi Psikologi ambil peran, diantaranya memberikan layanan psikologi untuk anggota Denma Koopsau II dan Lanud Jajaran, pengambilan data psikologi bagi pemegang senjata api (senpi) termasuk juga memonitor kondisi moril dan permasalahan di Denma Koopsau II dan Lanud Jajaran

Alumni Berbagi Pengalaman Study Lanjut (S2) ke Jerman, Kolokium Psikologi FPSB

“Jika niat kita belajar ke Jerman itu benar (baca: bersungguh-sungguh dalam rangka mencari ridho Allah SWT), maka insya Allah jalan kemudahan dari setiap kesulitan (baca: ketakutan) akan terbuka dengan sendirinya”. Demikian ungkap alumni Prodi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia yang saat ini sedang menempuh studi lanjut S2 di Jerman, Nadia Hanum, S.Psi saat berbagi pengalaman pada acara kolokium bertema ‘Study Lanjut S2 ke Jerman’ yang digelar Prodi Psikologi FPSB UII, Senin, 23 September 2013.

Dalam kesempatan tersebut, Nadia Hanum banyak bercerita tentang pengalamannya sebelum memutuskan untuk berangkat menimba ilmu Psikologi ke Jerman maupun saat belajar Psikologi di negara yang juga diyakini sebagai cikal bakal tempat lahirnya para ilmuwan psikologi tersebut.

Di awal keputusannya untuk study lanjut ke Jerman, dara kelahiran kota Semarang pada 1988 lalu ini sempat merasa khawatir (takut) akan mahalnya biaya studi dan biaya hidup di Jerman, takut akan ketiadaan teman di Jerman, takut akan sulitnya menimba ilmu dalam bahasa Jerman, maupun takut pada hal-hal lain yang terkait dengan kehidupan di negara yang pernah dipimpin oleh Hitler tersebut. Namun dengan niat kuat dan bermohon/berdoa pada Allah SWT, ketakutan-ketakuan tersebut akhirnya menemukan penyelesaiannya (jalan keluar) masing-masing. Bahkan saat ini dirinya mengaku sudah cukup nyaman untuk menimba ilmu di Jerman, meski untuk menjadi seorang Psikolog di Jerman butuh waktu yang lebih lama jika dibandingkan di Indonesia.

Kepada peserta kolokium yang berminat study lanjut ke Jerman Nadia Hanum berpesan untuk pandai dalam mengatur waktu. Tak lupa Nadia juga berbagi cerita tentang beasiswa yang bisa diperoleh di Jerman ataupun beasiswa yang bisa diperoleh di Indonesia untuk study lanjut ke Jerman.