Berorganisasi Ajarkan Seseorang Cerdas Hadapi Permasalahan Hidup JAFANA FPSB UII

Saat seseorang/mahasiswa memutuskan untuk berorganisasi (utamanya organisasi dakwah seperti halnya PDF Jafana), maka jangan pernah berpikir tentang apa yang akan diperoleh, tapi berpikir tentang apa yang bisa diberikan/dikontribusikan bagi organisasi. Kontribusi, motivasi dan komitmen anggota serta manajemen yang baik merupakan jaminan kelangsungan hidup sebuah organisasi. Pernyataan tesebut diungkapkan Ulfah Fauziah, Mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi UII saat berbagi ilmu/materi tentang ‘Organisasi’ dalam kajian yang diselenggarakan oleh Pusat Dakwah Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Indonesia, JAFANA pada hari Kamis, 4 April 2014 di Mushola Baitul Hadi FPSB UII.

Ulfah menambahkan bahwa seseorang yang rajin berorganisasi tidak lantas akan menjadi bodoh. Bahkan menurutnya aspek utama yang akan menentukan kesuksesan hidup seseorang bukanlah dikarenakan faktor kecerdasan intelektual semata. “Salah jika ada orang yang berpikiran bahwa organisasi tidak akan membuat kita cerdas. Justeru orang yang berorganisasi akan lebih fleksibel (baca: lebih pandai dalam menghadapi masalah hidup) dikarenakan permasalahan yang ada saat berorganisasi akan memberi pengalaman lebih dibandingkan dengan mereka yang tidak pernah ikut organisasi. Dan sebagai makhluk sosial, maka sudah seharusnya kita berinteraksi dengan orang lain. Jangan ikuti aliran ‘kupu-kupu’ (baca: kuliah pulang, kuliah pulang)”, tandasnya.

Khusus dalam berorganisasi dakwah, Ulfah mengingatkan agar dalam menyampaikan segala sesuatu seharusnya dilakukan dengan cara yang baik, seperti yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Kolokium tema “Kepemimpinan Kreatif ” FPSB UII

Kompleksitas permasalahan yang terus tumbuh dalam sebuah organisasi, lembaga, institusi ataupun pemerintahan tentu membutuhkan penanganan khusus (baca : kreatif) untuk mencari solusinya. Kehadiran pimpinan yang kreatif sebagai pemegang kekuasaan sekaligus pengambil keputusan jelas memiliki peran yang sangat penting dalam proses tersebut. Oleh karena itu, untuk memberikan gambaran ataupun tambahan pengetahuan tentang kepemimpinan kreatif bagi mahasiswa S1, Prodi Psikologi secara khusus menggelar kolokium “Kepemimpinan Kreatif”, Selasa, 26 Maret 2013 di Auditorium FPSB UII. Hadir sebagai pemateri adalah Prof.Dr. Zulrizka Iskandar, M.Sc dari Universitas Padjajaran Bandung dengan moderator Dr. H. Fuad Nashori, S.Psi., M.Si.

Dalam paparannya, Guru Besar Universitas Padjajaran tersebut menyampikan definisi kepemimpinan kreatif sebagai sosok pemimpin yang mampu menganalisa situasi, mencari jalan keluar agar unggul bila dibandingkan dengan usaha sejenis, serta memiliki keunggulan dalam hal ‘produk, bahan baku, dan pemasaran’. Pemimpin kreatif juga harus mampu mengatur organisasi dengan melakukan distribusi pekerjaan, meningkatkan kompetensi bawahan, melakukan interaksi sosial, mensosialisasikan langkah-langkah kerja kepada bawahannya dan mengambil keputusan untuk kepentingan organisasi.

Prof Zulrizka menambahkan bahwa seorang pemimpin kreatif tidak harus menjalankan ide kreatifnya sendiri, namun bisa mendistribusikan kepada seluruh bawahannya untuk kemudian bisa diwujudkan secara bersama-sama. Hal ini tentu harus didahului dengan pemberian pemahaman akan ide kreatif tersebut kepada bawahannya. Ini berarti pula bahwa seorang pemimpin kreatif harus memiliki energi cukup untuk memperjuangkan ide kreatifnya, memiliki komitmen terhadap organisasi, mampu melakukan diseminasi ide kreatifnya, mampu mempengaruhi bawahannya agar dapat memahami ide kreatifnya, mampu bekerjasama dengan bawahannya, mampu mengembangkan atau membimbing bawahannya (anak buahnya) untuk dapat melakukan pekerjaan atau ide kreatifnya, mampu memotivasi bawahannya untuk melakukan pekerjaannya, mampu mengatasi hambatan teknis yang terkait dengan ide kreatifnya serta mampu berkonsentrasi pada prioritas yang telah dipilihnya.

Lantas, sikap atau karakteristik kepribadian seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin kreatif?

Menurut Guru Besar Psikologi Sosial tersebut, sikap atau karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin kreatif diantaranya adalah memiliki sikap positif terhadap permasalahan yang dihadapainya, percaya diri dan dapat meyakinkan orang lain tentang ide kreatifnya, mau mendengarkan umpan balik atau komentar dari orang lain mengenai ide-idenya, mampu mengendalikan diri dengan baik terhadap kritik yang kurang mendukungnya, mampu menghargai orang lain yang memberikan umpan balik dan kritik, memiliki pengetahuan yang memadai sehingga dapat menjelaskan ide-ide tersebut, memiliki integritas diri yang kuat, mampu menggunakan power untuk memberikan sanksi dan penghargaan kepada bawahannya, dapat dipercaya, fleksibel dalam berpikir, dapat melakukan kerjasama dengan baik, memiliki kemampuan interpersonal yang baik serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pekerjaan, bawahan/anak buah dan organisasi.

Seorang pemimpin kreatif dalam bekerja akan melakukan tindakan yang selalu mengembangkan sinergi dalam organisasi, memahami kebutuhan anggota organisasinya, bertindak sebagai pelatih yang baik, memperjuangkan anak buahnya dalam organisasi, menciptakan iklim kerja yang menyenangkan, berempati pada anggotanya, bereaksi cepat untuk menstabilkan situasi yang berubah, akan didengarkan bawahan serta proaktif melihat ke depan terhadap potensi dan peluang yang menantang untuk organisasi.

Rabiatul Aprianti Delegasi FPSB untuk Mawapres UII 2013

Rabi'atul Aprianti ikuti proses seleksi Mawapres UII 2013

Mahasiswi Program Studi Ilmu Psikologi (2009), Rabiatul Aprianti, kembali mewakili Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII) dalam ajang seleksi Mahasiswa Berpretasi (Mawapres) tingkat universitas yang digelar pada Selasa, (26/3) di Ruang Sidang Utama Gedung H. GBPH Prabuningrat, Rektorat UII.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang mengirimkan dua delegasi beda angkatan, pada seleksi kali ini, FPSB hanya mengirimkan satu delegasi saja. Menurut keterangan dari Yanti, begitu Rabiatul Aprianti biasa disapa, adik-adik angkatannya merasa minder jika diajak mengikuti seleksi Mawapres.

“Karena merasa tidak mampu, ngga punya prestasi, masih banyak yang lain yang lebih pantas kata mereka” jelas Yanti menerangkan mengapa adik-adik angkatan tidak mau ikut seleksi.

“Saya dulu awalnya juga diajak oleh kakak angkatan yang juga mawapres, Mas Haris. Saya juga merasa masih ada temen-temen lain di angkatan 2009 yang lebih kompeten, yang punya prestasi lebih banyak. Tapi saya yakin, apa salahnya juga mencoba. Mencoba itu kan ngga ada salahnya,” Yanti menambahkan.

Sementara itu Kepala Divisi Minat dan Bakat Kemahasiswaan UII, Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D, mengatakan seleksi Mawapres tingkat universitas tahun ini cukup berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, meski ada beberapa point kesamaan.

“Ada yang sama seperti tahun kemarin. Masih memakai presentasi karya tulis berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris.”

Seleksi Mawapres tahun ini diikuti oleh delapan delegasi dari semua fakultas di lingkungan UII kecuali Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) dan Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI). Rencananya, menurut keterangan dari Khalilurrahman, S.Pd.I, pengumuman hasil seleksi Mawapres tingkat UII akan diumumkan sore hari ini (27/3).