KOLOKIUM KESEHATAN MENTAL DI SEKOLAH

Kasus bullying di sekolah ternyata hingga saat ini masih marak terjadi. Kasus-kasus tersebut banyak disebabkan oleh lingkungan sekolah sendiri, lingkungan bermain siswa di luar sekoah dan bahkan dari lingkungan keluarga. Hal ini disampaikan oleh Rini Indriani, S.Psi., M.Psi., MARS., Psikolog pada kegiatan kolokium yang diselenggarakan oleh Departemen Psikologi Klinis, Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB) Universitas Islam Indonesia (UII), Senin, 2 Juli 2018 di R. Audiovisual FPSB UII Lt.2.

Voulenter di Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY ini menyatakan bahwa pada beberapa kasus bully, diketahui bahwa korban cenderung memiliki konsep diri negatif.  Jika menemukan seorang anak yang memiliki konsep diri negatif tersebut, sebagai teman atau bahkan orang tua yang bisa dilakukan adalah meningkatkan atau menguatkan konsep diri yang bersangkutan dengan memberikan pemahaman atau cara pandang positif terhadap potensi bullying yang bisa menimpa diriya. Misalnya ada seseorang dengan postur hitam & pendek, maka bisa dikuatkan dengan meningkatkan rasa syukur atas karunia yang sudah diterima. Syukur bahwa dengan kondisi tersebut dirinya  masih dalam keadaan sehat dan bisa berbuat banyak (baca: punya peluang berprestasi yang sama dengan mereka yang memiliki kondisi tubuh normal), dan seterusnya. Jangan sampai mereka merasa rendah diri dengan kondisi yang ada.

Alumni Prodi Psikologi FPSB UII tersebut juga menambahkan pentingnya peran guru dalam memberikan teladan pada para siswa. Karena menurutnya, tak sedikit guru yang secara tak sadar telah memberikan contoh bersikap/berperilaku yang salah pada para siswa;.